CINA, Berita HUKUM - Jumlah korban meninggal akibat kerusuhan di wilayah Xinjiang, Cina meningkat menjadi 35 dari sebelumnya 27 orang, media setempat melaporkan.
Kerusuhan sporadis dan penuh kekerasan terjadi di Xinjiang, dimana terjadi konflik antara dua kelompok etnis yaitu komunitas Muslim Uighur dan Cina Han.
Media pemerintah menyebutkan insiden itu adalah "serangan teroris," namun tidak menyebutkan lebih lanjut tentang kelompok etnis yang bentrok dan apa penyebab bentrokan.
Para perusuh menyerang kantor polisi dengan pisauKlik dan membakar mobil polisi pada Rabu (26/6) lalu dan membunuh 24 orang. Sedangkan polisi membunuh 11 orang perusuh dan menangkap empat orang lainnya.
Akses terbatas
Sementara untuk mengkonfirmasi kebenaran laporan ini sulit dilakukan karena ketatnya kontrol pemerintah mengenai informasi.
Kekerasan terjadi di kota terpencil Lukqun, sekitar 200 km sebelah tenggara ibukota wilayah Urumqi pada Rabu pagi.
Pada waktu itu sebanyak enam belas orang tewas, dua diantaranya adalah polisi, oleh perusuh berasal dari kelompok etnis Uighur, kata kantor berita Xinhua.
Keamanan di daerah itu telah ditingkatkan, dan akses wartawan asing ditolak untuk masuk ke kota Lukqun.
Kaum Uighur menyumbang sekitar 45% populasi di wilayah Xinjiang. Mereka mengatakan warga Cina Han telah meminggirkan budaya tradisional mereka.
Pemerintah Beijing sering menyalahkan insiden kekerasan di Xinjiang kepada ekstrimis Uighur yang berjuang membentuk otonomi bagi wilayah tersebut. Sementara para aktivis Uighur menuduh Beijing membesar-besarkan masalah ini sebagai pembenaran untuk melakukan tindakan yang lebih keras.
Pada tahun 2009 hampir sebanyak 200 orang -sebagian besar Cina Han- tewas setelah kerusuhan antara etnis China Han dan Uighur meletus di Urumqi.(bbc/bhc/rby) |