Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Gaya Hidup    
Pariwisata
Kurangnya Pengiklanan Baik Pemerintah dan Pemda untuk Objek Wisata Indonesia
Thursday 11 Dec 2014 01:04:40
 

Johnnie Sugiarto, sebagai Ketua Komite Tetap Pengembangan Pariwisata dan Olahraga Kadin Indonesia, saat dikantornya di APL Tower Central Park, Jakarta, (10/12).(Foto: BH/bar)
 
JAKARTA, Berita HUKUM - Menjelang persiapan liburan Natal dan Tahun Baru 2015, untuk pendapatan negara dari struktur Pariwisata merupakan pendapatan yang terhitung jumlah cukup lumayan. Namun, Johnnie Sugiarto selaku Ketua Komite Tetap Pengembangan Pariwisata dan Olahraga pada Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia sebagai organisasi yang menjadi payung bagi dunia usaha Indonesia mengatakan, sub sektoral Pariwisata di Indonesia interesnya memang masih menarik, hanya saja tingkat untuk pengiklanan yang dilakukan pihak pemerintah daerah belum begitu mendukung, hingga objek-objek wisata Indonesia yang menarik seakan tidak begitu laris untuk dikunjungi, oleh wisatawan asing bahkan lokal sendiri.

"Faktor yang menyebabkan itu ialah, harusnya semua terlibat, pemerintah itu mempunyai politik the win kah? untuk mendorong kemajuan pariwisata. Jadi intinya pemerintah itu harus betul-betul turun tangan untuk melakukan pengiklanan lebih matang. Kalau pemerintah tidak gencar berkecimpung, repot jadinya untuk bersaing dengan objek wisata luar negeri," ujarnya pada pewarta, saat dikantornya di APL Tower Central Park, Jl. Letjen S.Parman, Jakarta, (10/12).

Karena menurutnya, yang mengiklankan objek wisata di Indonesia, itu yang banyak gencar mempublikasikannya dari pihak swasta, karena alasannya sebagai pemilik hotel, restoran, cotage dan sebagainya. Seperti contoh pihak yang memiliki saham tersebut.

"Kadangkala mengadakan acara-acara ditempatnya seperti hotel dan restoran milik sipengusaha untuk mempromosikan secara langsung, namun hal itu tidak terlalu mendukung pesat untuk perkembangan pengunjung wisatawan," jelasnya.

Johnnie yang juga Vice President, Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) ini juga mengatakan, meskipun Jogjakarta menjadi kota kedua pariwisata Indonesia dan yang sudah mendapatkan gelar penghargaan 'The Best Perfomance' kategori Gold, karena dinilai konsisten dalam pembangunan, pengembangan dan pembinaan sektor pariwisata dan sudah diakui pihak institusi GIPI sendiri. "Namun dukungan pihak pemerintah untuk mengiklankannya belum begitu membahana. Sebenarnya harus ada payung besar pemprov hingga Pemda kerjasama yang baik untuk mempublikasikan pariwisata daerah-daerah di Indonesia," ujarnya.

"Seperti di kalimantan timur, dengan daerah wisata 'Brau'-nya, yang terkenal dengan daerah tata keramahannya, terkadang sampai saat ini belum dikenal, karena mengenai tempat wisata tersebut hilang timbul namanya kepermukaan, itu juga karena Pemda seakan tidak melakukan apa-apa. Karena mereka sendiri (Pemda) seakan tidak tahu apa yang akan, mau mereka lakukan (dalam hal promosi objek wisata)," ucapnya.

Analisa Johnnie ini juga mengatakan bahwa, rata-rata objek wisata Indonesia kalah bersaing dengan wisata luar negeri, karena kurangnya kepedulian pihak pemerintah pusat hingga daerah untuk memasarkannya.

Padahalkan untuk pendapatan negara sendiri bisa banyak dapat dari pembayaran pajak itu sendiri, dan pembayaran pajak sekarang sudah sistem online. Seperti di Jakarta, potongan pajak 10% ke pemerintah untuk pemakaian fasilitas seperti hotel dan restoran. Coba saja pemerintah daerah Indonesia juga melakukan program-program seperti orang luar negeri. "Contoh seperti pada hari perayaan besar diadakan parade-parade meriah seperti melakukan acara kembang api akbar dan sebagainya, dan dilakukan secara diskon besar-besaran, maka dengan sendirinya sudah mengimplentasikan dari sudut konsep iklan secara besar-besaran, dan hal itu sudah menghasilkan pendapatan pada Pemda, karena adanya potongan pajak 10% seperti yang berlaku di Jakarta." ujar Johnnie.

"Jadi simple tidak terlalu susah sebenarnya," jelas Johnnie menambahkan.

Karena itu juga, maka banyak wisatawan Indonesia sendiri ke luar negeri untuk berwisata, padahal sebenarnya objek wisata di Indonesia tidak kalah bersaing dari segi panorama dan kemegahan fasilitas bangunan hotel-hotel yang menarik.

"Maka dari itu, perputaran uang jadi lebih kencang diluar sana, karena dampak wisatawan kita juga yang lebih tertarik ke luar negeri sana," pingkas Johnnie.(bhc/bar)



 
   Berita Terkait > Pariwisata
 
  Penurunan Pariwisata di Bali Berdampak Besar Terhadap Ekonomi Masyarakat
  Maksimalkan Potensi Pariwisata, Komisi IV DPRD Kaltim Studi Banding ke Jawa Barat
  Pak Jokowi, Pariwisata Indonesia Juga Semakin Gak Beres Nih
  Sensasi Menjelajah Lautan dengan De' Kartini
  Menpar Memberikan Penghargaan Uang Tunai Jutaan Rupiah dalam APWI 2018
 
ads1

  Berita Utama
Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

Istana Dukung Kejagung Bersih-bersih di Pertamina: Akan Ada Kekagetan

Megawati Soekarnoputri: Kepala Daerah dari PDI Perjuangan Tunda Dulu Retreat di Magelang

Usai Resmi Ditahan, Hasto Minta KPK Periksa Keluarga Jokowi

 

ads2

  Berita Terkini
 
BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

10 Ribu Buruh Sritex Kena PHK, Mintarsih Ungkap Mental Masyarakat Terguncang

Anak 'Crazy Rich' Alam Sutera Pelaku Penganiayaan, Sudah Tersangka Tapi Belum Ditahan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2