ARGENTINA, Berita HUKUM - Tim The Women of Indonesia's Seven Summits Expedition MAHITALA UNPAR (WISSEMU) akhirnya menjejakan kaki di puncak Gunung Aconcagua, dua dari tiga anggota tim berhasil mengibarkan merah putih pada Sabtu, (30/1) pukul 17.45 waktu setempat, Minggu (31/1) pukul 03.45 WIB.
Tim memulai perjalanan dari camp Berlin (5.930 mdpl) pukul 04.30 waktu setempat, dibutuhkan waktu lebih dari 12 jam untuk mencapai puncak. Pada perjalanan menuju puncak pada ketinggian +/- 6.300 mdpl, Dian Indah Carolina (Caro) diputuskan untuk tidak melanjutkan pendakian karena mengalami gangguan kesehatan dan diharuskan kembali ke camp 3 untuk memulihkan kondisi fisik yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan summit attack. Sebuah keputusan berat yang harus diambil mengingat keselamatan personil pendaki adalah hal yang utama dan sangat penting. Maka dari tititk ini pendakian hanya dilanjutkan oleh Fransiska Dimittri (Deedee) dan Mathilda Dwi Lestari (Hilda).
Sesampainya di base camp Plaza de Mulas (Senin, 1 Februari 2016 sekitar pukul 20.00 waktu setempat) tim baru bisa mengabarkan dengan detail kepada tim di Bandung mengenai keadaan di sana melalui internet. Tim menceritakan panjangnya jalur menuju puncak dan curamnya tanjakan yang harus mereka hadapi. Hambatan yang harus dihadapi tim seperti jalur traverse sepanjang +/- 500 meter yang langsung disusul tanjakan terjal Canaleta (6.600 mdpl) sebelum Puncak Aconcagua. Tantangan dalam perjalanan ini masih ditambah dengan angin yang bertiup kencang dalam perjalanan.
Ucap syukur adalah hal yang dilakukan oleh Tim WISSEMU ketika mencapai Puncak Aconcagua. Tetapi sayang, waktu tetap berjalan dan mereka harus segera turun untuk kembali ke camp Berlin. Kekhawatiran utama dalam pendakian menuju "atap" Argentina ini adalah cuaca yang sangat cepat berubah dengan angin yang tiba-tiba dapat bertiup dengan sangat kencang. Oleh karena itu mereka tidak dapat berlama-lama di Puncak Aconcagua, walaupun matahari di Amerika Selatan terbenam pada pukul delapan malam. Perjalanan turun menuju camp Berlin juga tergolong tidak mudah, banyak jalur-jalur sulit yang harus mereka lalui kembali dan bertambah sulit ketika digunakan untuk berjalan turun.
Bapak Mangadar Situmorang, Ph.D. selaku Rektor Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) turut memberikan ucapan selamat kepada Tim WISSEMU dan menyatakan:
"Keberhasilan mencapai Puncak Aconcagua adalah buah dari tekad yang gigih, stamina yang kuat, dan jiwa optimis yang tinggi. Pelatihan dan persiapan yang serius menjadi persyaratan penting. Di samping itu, dukungan dari berbagai pihak juga sangat berperan. Mulai dari anggota tim, tiga srikandi, yang saling menguatkan, organisasi Mahitala yang solid, orang tua dan sanak-saudara serta teman-teman, semuanya sangat membantu. Bantuan dari KBRI di Argentina juga sangat diapresiasi. Demikian juga dengan bantuan dan berbagai bentuk dukungan dari mitra kerjasama amat berharga. Kepribadian yang tangguh, organisasi yang kompak, dan bantuan dari semua pihak membuat kerja keras pendakian ini berhasil. Terimakasih untuk semuanya." Salam, Mangadar, Rektor Unpar.
Gunung Aconcagua adalah gunung tertinggi di Benua Amerika Selatan yang terletak di Provinsi Mendoza, Argentina. Gunung Aconcagua menjadi puncak keempat yang berhasil dicapai Tim WISSEMU. Gunung Aconcagua terletak di jajaran Pegunungan Andes dan terkenal memiliki cuaca dingin yang ekstrem ditambah badai angin yang sangat berbahaya dan dikenal dengan sebutan el viento blanco. Angin kencang yang kabarnya dapat mencapai 90 km/jam bertiup bersamaan dengan kabut yang ditambah dengan hujan salju merupakan gambaran sederhana dari badai berbahaya ini. Menurut beberapa pemberitaan media, el viento blanco ini juga yang diduga menjadi penyebab meninggalnya salah satu pendaki berpengalaman dari Indonesia yaitu (Alm) Norman Edwin dan rekannya (Alm) Didiek Samsu (tahun 1992) pada saat melakukan ekspedisi seven summits kala itu.
Tim WISSEMU yang terdiri dari tiga orang mahasiswi aktif Universitas Katolik Parahyangan yaitu Fransiska Dimitri Inkiriwang (22) akrab juga disapa Deedee, Mathilda Dwi Lestari (22) akrab disapa Hilda dan Dian Indah Carolina (20) akrab juga disapa Caro sebelumnya telah mencapai Puncak Gunung Kilimanjaro pada 24 Mei 2015, Puncak Gunung Elbrus pada 15 Mei 2015 dan Puncak Gunung Carstensz Pyramid pada 13 Agustus 2014 dalam rangkaian ekspedisi menggapai tujuh puncak tertinggi di tujuh benua.
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Yang Maha Kuasa atas keberhasilan tim mencapai Puncak Aconcagua ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak kampus Universitas Katolik Parahyangan dan semua pihak yang mau terlibat serta memberikan dukungan dalam bentuk apapun dalam perjalanan ke Gunung Aconcagua ini. Semoga untuk kedepannya ekspedisi ini dapat berjalan dengan lancar dan berhasil.
Kiranya informasi ini dapat bermanfaat, serta mohon bantuannya untuk dapat mempublikasikannya. Atas perhatian dan bantuannya kami mengucapkan terimakasih.
Dukungan penuh dari Universitas Katolik Parahyangan
Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) adalah sebuah instansi pendidikan yang terletak di Kota Bandung. Selaku bagian dari Unit Kegiatan Mahasiswa Unpar, Mahitala senantiasa selalu dibantu dan didukung dalam melakukan ekspedisi ini. Bantuan doa, moral, dan bahkan dana yang senantiasa diberikan tentu menjadi bukti bagaimana Unpar sungguh berkomitmen penuh dan terlibat langsung dalam ekspedisi ini.
Berhasil berangkatnya tim ini menuju ke Gunung Aconcagua, Argentina sekarang , tentu adalah hasil jerih payah dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak ada henti dan tidak ada lelahnya. Melalui press release ini tim WISSEMU bersama dengan Unpar ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga semua harapan dan tujuan yang ingin dicapai melalui ekspedisi ini dapat tercapai dan menjadi berkah bagi kita semua. Demikian rilis pers dari Mahitala, Tim Publikasi WISSEMU 2015 yang diterima redaksi di Jakarta.(rls/bh/sya)
|