MALANG, Berita HUKUM - Sebuah impian yang selalu menjadi orientasi dalam hidup akan tercapai kalau diusahakan dengan sungguh-sungguh dan kerja keras serta dengan belajar dengan baik. Sesuai dengan apa yang pernah dikatakan Bung Karno bahwa apa yang menjadi cita-cita dapat tercapai dengan kerja keras, janganlah kerja kelas itu dianggap sebagai siksaan, namun anggaplah sebagai kenikmatan. Ingatlah pada sejarah, tidak ada orang jahat atau orang yang tidak baik yang sukses, dan jadilah orang yang baik karena akan di kenang oleh orang banyak dan oleh generasi-generasi berikutnya.
Itulah bagian dari pesan Ketua Mahkamah Konstitusi RI Moh. Mahfud MD dalam orasi illmiahnya dengan tema “Membentuk Pemimpin yang Beritegritas” dalam rangka Penutupan Student Day di Universitas Muhammadiah Malang (UMM), Malang, bertempat di gedung UMM Dome, Senin (7/1). Dalam acara tersebut, Mahfud di sambut Rektor UMM Muhajir Effendi dan acara tersebut dihadiri oleh ratusan mahasiswa dari seluruh fakultas dan angkatan yang ada di UMM serta seluruh sivitas akademika UMM Malang.
Mahfud melanjutkan pesan-pesannya kepada para mahasiswa ini bahwa menurut sejarah menjadi orang yang tidak baik itu akan mendapat cercaan dan akan mengalami kehinaan baik orang itu masih hidup ataupun telah meninggal. Dari semua itu kita harus berani melangkah dalam berorganisasi dan berani mengambil resiko. Sebab tidak ada di dunia ini orang sukses yang takut, takut menghadapi resiko. “Sebagai generasi muda janganlah takut menghadapi segala resiko untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan. Resiko belajar yang tekun dan resiko bekerja keras. Tidak akan ada kesuksesan, jika sebelum melangkah sudah takut menghadapi resiko,” terang Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Islam Indonesia Yogyakarta ini.
Untuk saat ini, terang Mahfud, salah satu kesuksesan dengan harus haus akan informasi. “Orang yang maju itu kaya akan informasi. Jika kita buta informasi, tidak tahu dan peduli ada buku atau informasi terbaru, maka susah akan mencapai kesuksesan dan keberhasilan itu. Tidak ada orang yang mencapai kesuksesan dan keberhasilan itu di capai dengan santai-santai saja, tidak bersungguh-sungguh,” terangnya. Menurut Mahfud, karena Allah juga mengatakan bahwa setiap orang itu akan diberi sesuai dengan hasil usahanya. Jangan sekali-kali menggantungkan hidup pada untung-untungan semata, sebab kesuksesan dan keberhasilan itu hasil dari kerja keras, bukan dari untung-untungan. Jangan hidup ini tergantung pada perjudian, perjudian terhadap nasib. Raihlah kesuksesan dan keberhasilan itu agar kita dapat menjadi pemimpin.
Pemimpin yang bekualitas dan punya integritas menurut Mahfud adalah pemimpin yang berlandaskan Pancasila dan Konstitusi. Ketua MK ini menjelaskan, “Kenapa pemimpin itu harus dilandasi Pancasila? Sebab Pancasila itu sudah mengkristalisasi dari nilai-nilai budaya bangsa yang sudah hidup berabad-abad di negeri ini. Kebiasaan hidup orang-orang terdahulu kita, saripatinya itu sudah mengkristal yang terkandung dalam Pancasila dan Konstitusi itu ada istilah “Hasta Brata” yang berarti ada delapan sifat dan tingkah laku sebagai seorang pemimpin.”
Seorang pemimpin harus mencerminkan delapan sifat itu. Mahfud mengatakan delapan sifat tersebut, “Harus mempunyai sifat seperti bumi yang berfungsi sebagai tempat tumbuk dan berpijak. Seperti sifat matahari yaitu harus konsisten, terbit dan terbenamnya dapat di hitung dan pasti. Harus seperti bulan dengan sifat lembut dan menyejukan, dan indah di pandang. Seperti bintang, yaitu sebagai petunjuk arah, petunjuk kemana akan melangkah dengan pasti, tidak ada kebohongan. Seperti angin, yaitu lembut sepoi dan juga bisa besar menerpa. Seperti angkasa, dengan sifat penasihat. Kemudian seperti air, dengan sifat sabar, lapang dan tenang tapi dapat menghanyutkan. Dan, yang terakhir seperti api, yaitu bersifat penegak kebenaran.”
Pemimpin seperti ini dalam Islam juga disebut sebagai pemimpim yang shiddiq, amanah, tablikgh dan fathonah. Atau jujur, bisa di percaya, menyampaikan dan cerdas atau pintar. “Janganlah menjadi pemimpin itu mau enaknya saja. Menikmati jabatan kepemimpinannya hanya menggunakan semua fasilitas yang di berikan namun kewajibannya tidak dilaksanakan dengan baik,” terang Mahfud . Sifat seperti, kata Mahfud, sudah banyak pemimpin yang tidak punya integritas , kecanduan kekuasaan dan seakan-akan kekuasaan itu menjadikan segalanya.
Dalam orasi penutupannya, mantan Menteri Pertahanan RI era Presiden Gus Dur ini menyampaikan bahwa prinsip perkembangan ilmu itu harus bertumpu pada tiga hal, yaitu pekembangan ilmu itu tidak boleh didikotomikan antara keperluan dunia dan akhirat. Kemudian yang kedua, ilmu pengetahuan itu tidak boleh menganut rasionalisme, tetapi harus sepenuhnya berwawasan rasionalitas. Dan ketiga, ilmu pengetahuan itu harus membela dan mengabdi kepada rakyat dan alam.(mk/bhc/rby) |