MANADO, Berita HUKUM - Hujan yang mengguyur terus Kota Manado, Sulawesi Utara mendatangkan bencana. Ribuan rumah terkepung banjir. Kantor Walikota Manado yang berada di pusat kota ikut terendam.
Banjir melanda tujuh kecamatan yaitu Tikala, Paal Dua, Singkil, Tuminting, Wanea, Sario dan Wenang. Tak kurang dari 1000 rumah terendam dengan ketinggian air berkisar 1-3 meter, Minggu (17/2).
Air mulai merangkak naik sejak Sabtu (16/2) sekitar pukul 21:00 WITA, dengan kawasan terparah di bantaran DAS Tondano. Warga korban banjir terpaksa mengungsi ke tempat lebih tinggi. Kebanyakan mereka memanfaatkan masjid dan sekolah dijadikan tempat pengungsian.
Sejumlah akses jalan utama di dalam kota ikut terendam dan memutus akses transportasi darat. Warga memanfaatkan situasi dengan meminta bantuan dana ketika kendaraan harus mogok memaksakan melewati banjir.
Tanah longsor juga ikut menerjang di sejumlah titik, korban terus bertambah menjadi 14 orang, dimana 13 orang meninggal akibat longsor dan 1 orang hanyut. Banjir merendam 7 kecamatan di Kota Manado yaitu Kecamatan Tikala, Paal Dua, Singkil, Tuminting, Wanea, Sario dan Wenang.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, DR. Sutopo Purwo Nugroho, dalam siaran persnya Minggu (17/2) malam menyebutkan, ke-14 korban meninggal ditemukan di Kelurahan Tingkulu 4 orang; Kelurahan Ranomut, Kec Paal II 2 orang; Perum Citra Land 6 orang; dan Kelurahan Paal IV sebanyak 2 orang.
“Selain itu sebanyak 1.500 orang kini tinggal di tempat-tempat pengungsian,” kata Sutopo.
Di perumahan Citra Land, Desa Winangun, puluhan kendaraan roda empat yang diparkir di samping sebuah gereja di kawasan itu tertimbun longsor. Longsor dilaporkan terjadi pagi tadi sekitar pukul 09:30 Wita. Saat ini proses evakuasi dilaporkan masih berlanjut.
Selain itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Manado, masih belum bisa dikonfirmasi karena sedang rapat koordinasi tanggap darurat dengan Pemerintah Kota Manado. Namun anggota TNI, Polri dan Basarnas sudah diterjunkan ke lokasi bencana untuk memberikan pertolongan dan evakuasi warga.
Banjir bandang pernah terjadi di Kota Manado pada akhir tahun 2000 silam. Hampir seluruh wilayah Kota Manado terendam banjir, terkecuali di daerah perbukitan.
Saat itu, hujan terus menerus selama dua hari, dan ditambah meluapnya Danau Tondano di Kabupaten Minahasa, membuat beberapa pintu air di danau tersebut harus dibuka.
Akibatnya DAS Tondano yang membelah Kota Manado, tak mampu menampung debit air yang meluap. Kondisi itu diperparah dengan air pasang laut, hingga air tertahan dan menggenangi rumah hingga setinggi atap.
Sedangkan, Tatahede mengatakan, ada juga warga yang memilih tinggal di rumah keluarga dekat, atau naik pindah ke lantai atas, jika rumahnya bertingkat. Ia mengatakan BPBD bersiaga bersama Dinas Sosial, Basarnas, PMI, radio komunitas, Dinas Kesehatan dan PU, untuk menghadapi dan mengantisipasi hal yang paling buruk.
Senada dengan itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Manado Jenny Bangonang mengatakan, pihaknya juga sudah menyiapkan bantuan bagi warga yang rumahnya kebanjiran.
"Bantuan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan tingkat kedaruratan masyarakat, terutama obat-obatan dan itu disiapkan oleh Dinas Kesehatan," kata Bangonang.(dbs/bhc/rby) |