JAKARTA, Berita HUKUM - Berbagai persoalan Bangsa Indonesia terjadi saat ini, menghadirkan keprihatinan sejumlah tokoh nasional. Mantan Jenderal berkumpul menyerukan kembali ke UUD 1945 asli.
Mereka pun berkumpul, untuk menggelar seminar sekaligus peringatan Harkitnas, dengan mengambil tema 'Bangkit, Bergerak, Berubah, atau Punah' diprakarsai Rumah Kebangkitan Indonesia dan Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa DPP DKI Jakarta, di Gedung Konvensi Taman Makam Pahlawan Nasional, Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu (20/5)
Hadir dalam kegiatan tersebut, yakni mantan Panglima TNI Djoko Santoso, Laksamana TNI (Purn) Tedjo Edhi Purdijatno, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto, tokoh Malari Hariman Siregar, mantan Ketua KPK Taufiequrachman Ruky, ekonom Ichsanuddin Noorsy, dan pengamat Salamudin Daeng, Komandan Menwa Jayakarta Raden Umar, para perwakilan raja nusantara, serta sederet tokoh lainnya.
"Berbagai persoalan Bangsa Indonesia dan sumber kegaduhan yang terjadi saat ini, berpangkal dari diamandemennya UUD 1945. Untuk itu kami ingin mengajak semua pihak ikut mendorong dikembalikannya UUD 1945 asli, seperti sebelum diamandemen," ujar Laksamana TNI (Purn) Tedjo Edhi Purdijatno, di temui di lokasi acara.
Tedjo juga mengingatkan ancaman dari bangsa asing yang mendikte bangsa Indonesia, salah satunya dengan amandemen UUD 45. Bagaimana di sana disebutkan presiden tidak harus orang Indonesia asli, melainkan warga Indonesia.
Berarti orang asing yang sudah punya kewarganegaraan Indonesia, bisa menjadi presiden. Sebagai bangsa yang berdaulat, tidak seharusnya Indonesia didekte. "Kita harapkan Indonesia ke depan memiliki pemimpin yang kuat yang mampu menyelesaikan permasalahan bangsa ini," katanya.
Ketua Pantia Harkitnas, yang juga mantan Wagub DKI Jakarta Prijanto, mengungkapkan tema 'Bangkit, Bergerak, Berubah atau Punah' bermaksud mengajak bangsa ini untuk bangkit dan bergerak.
Mulai dari jiwa, pikirannya, ucapannya, perilakunya, sesuai dengan peran dan kapasitas serta kesempatan masing-masing, dengan melakukan berbagai upaya, pekerjaan dan tindakan.
"Kita harus bisa mengelola semua aspek Astagatra sehingga berubah menjadi ketangguhan dan keuletan bangsa untuk mewujudkan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, aman, tentram, adil dan makmur," jelasnya.
Prijanto mengungkapkan, mantan Presiden SBY pernah mengatakan, terkait reformasi dan amandemen UUD 45 sebagai 'Revolusi Senyap'. Prijanto juga menyebut Jenderal Widjojo Soejono juga telah mengamati gelagat saat ini seperti adanya 'invasi senyap'.
Sedangkan masih menurut Prijanto, Letjen Sayidiman Suryohadiprojo menyebutnya dengan 'penetrasi senyap'. "Apabila kita baca di WAG, banyak para aktivis muda mengistilahkan 'musuh sudah di ruang keluarga'. Berarti sudah terdapat di dalam negeri ini. Dengan prakiraan-prakiraan itu, maka kami sepakat mengangkat tema 'Bangkit, Bergerak, Berubah, atau Punah'," tutur Prijanto.
Lebih lanjut kata Prijanto, jika banyak yang abai, tidak peduli dan lengah atas semua perkembangan lingkungan strategis global, regional, dan nasional serta meninggalkan nilai-niai Pancasila dalam mengelola aspek Astagatra, hanya satu kata yang pas, kita akan punah.
"Karena itu, kami mengajak semua pihak untuk membumikan tema ini. Mari kita bangkit dan bergerak sehingga kita berubah menjadi bangsa yang tangguh dan ulet agar kita tidak punah," tandas mantan Asisten Teritorial TNI Angkatan Darat ini.(nas/indopos/bh/sya)
|