ACEH TIMUR, Berita HUKUM - Pasca perdamaian Aceh, dikatakan mantan Ketua DPC Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Aceh Timur, baik Parnas maupun lokal pada Pemilu 2009 mengalami tsunami politik. "Ia, seperti halnya yang dialami PPP tidak mampu memiliki satu kursi pun di DPRK," sebut Tgk. Abdul Rasyid, Kamis (21/3).
"Ini menunjukkan bahwa dinamika politik tidak selamanya berjalan mulus," tukasnya lagi yang sekarang ia mengaku akan hengkang dari dunia perpolitikan dan akan lebih berkonsentrasi mengajar ilmu agama di Pesantren Muta'allimin Desa Kruet Lintang, Aceh Timur.
Menurut orang yang pernah menjabat sebagai ketua DPC PPP Aceh Timur selama 2 periode ini, pada masa 2004-2009 partai yang di dominasi para ulama tersebut mampu meraih sebanyak 5 kursi mewakili satu fraksi di DPRK. "Tapi pemilu 2009 lalu tak satupun kursi diperoleh," sambungnya lagi.
Kegagalan merupakan pelajaran terbaik untuk keberhasilan di masa depan. Pelajaran ini juga berlaku dalam segala hal, termasuk dalam kehidupan berpolitik.
Niat yang ikhlas tentunya modal utama untuk masa depan, meskipun keberhasilan itu berada ditangan yang Maha Kuasa. Selain itu menurutnya, juga disertai usaha dan kerja keras dari semua pihak untuk mencapai tujuan, dan tentunya sesuai yang dianjurkan oleh agama serta prinsip-prinsip nasional.
Ia berpesan kepada pimpinan PPP Aceh Timur, kedepan jangan patah semangat, soal jatuh bangun dalam perjuangan politik merupakan hal biasa. Hendaknya kejayaan PPP masa lalu itu merupakan cerminan dan harapan, semoga masa yang akan datang kejayaan itu akan terulang, ujar Tgk. Abdul Rasyid.
Semoga perdamaian Aceh yang sudah tercapai, agar terus terjaga dan dijadikan dasar untuk meningkatkan kemajuan pembangunan serta kesejahteraan rakyat sesuai dengan perjuangan bangsa yang kita cintai ini.(bhc/sul)
|