JAKARTA-Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah melalui ketua umumnya, Din Syamsuddin menyesalkan pernyataan peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Jalaluddin. Hal ini terkait dengan pendapatnya bahwa metode hisab dan rukyat sudah tak sesuai lagi digunakan untuk menetapkan awal Ramadan dan 1 Syawal.
"Pernyataan Thomas Jalaluddin sangat disayangkan apalagi menyinggung Muhammadiyah. Dia mungkin ahli astronomi tapi bukan ahli agama, maka jangan semena-mena mengeluarkan pernyataan di saat umat Islam harus menjaga toleransi ukhuwah," kata Din Syamsuddin kepada wartawan, baru-baru ini.
Menurut Din, seperti dikutip okezone.com, setiap kelompok organisasi Islam punya cara tersendiri untuk menentukan jatuhnya 1 Syawal. Jadi perbedaan penetapan Hari Raya Idul Fitri, sambung Din tak perlu diperdepatkan apalagi disalahkan.
"Thomas adalah provokator yang berbahaya yang bersembunyi di balik kedok ilmiah dengan menyalahkan pihak lain. Seyogyanya Menteri Agama tidak memakai dia untuk ikut menentukan awal Ramadan dan 1 Syawal karena terbukti Thomas sudah memecah belah umat," tegas Din.
Dalam sidang Itsbat di kantor Kementerian Agama, Thomas memberi pemaparan mengenai penghitungan penetapan 1 Syawal dengan cara melihat bulan baru atau hilal. Saat itu dia menyinggung metode hisab dan rukyat yang kerap menimbulkan perbedaan penetapan.
Menurut Thomas, astronomi merupakan metode terbaik dalam menentukan awal bulan Qomariyah karena sesuai dengan syarat yang berlaku termasuk memenuhi ketentuan Islam. Dia mengatakan pada tahun 1994 pernah ada kesepakatan untuk menggunakan ilmu astronomi dalam melihat hilal. "Pada saat itu Muhammadiyah yang menolak penggunaan ilmu astronomi," ujarnya.(ozc/irw)
|