Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Internasional    
Libya
NATO Resmi Hentikan Operasi Militer di Libya
Monday 31 Oct 2011 23:03:43
 

Ilustrasi armada tempur Nato (Foto: Gstatic.com)
 
TRIPOLI (BeritaHUKUM.com) – Pakta Pertahanan Atlantik Utara (Nato) akan mengumumkan secara resmi dihentikannya operasi militer di Libya pada Senin (31/10) tengah malam waktu Libya. Hal ini menyusul hasil pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB pada pekan lalu, yang menginginkan dihentikannya operasi militer selama tujuh bulan itu.

Sekjen Nato Anders Fogh Rasmussen mengatakan, operasi militer di Libya telah berhasil mencegah terjadinya pembantaian dan menyelamatkan ribuan nyawa tak berdosa. "Kami telah menciptakan kondisi terbaik bagi rakyat Libya untuk menentukan masa depannya," kata Rasmussen, seperti diberitakan laman BBC.

Rasmussen menganggap operasi militer dengan sandi Operation Unified Protector itu sebagai salah satu operasi militer paling sukses sepanjang sejarah Nato. Operasi militer ini resmi dilakukan pada 19 Maret 2011, ketika pasukan prokhadafi itu sudah mendekati Benghazi yang dikuasai oposisi.

Dengan bantuan peralatan militer Amerika Serikat, Nato berhasil menjalankan misinya di Libya. Secara total, pesawat-pesawat tempur NATO melakukan 26.000 kali sorti, termasuk 10.000 serangan udara. Hasil operasi militer ini telah menghancurkan lebih dari 1.000 tank, kendaraan tempur dan persenjataan berat milik pasukan loyalis Khadafi.

Namun, pemerintahan Dewan Transisi Nasional Libya (NTC) masih menginginkan keberadaan Nato membantu pengamanan negara tersebut, meski Dewan Keamanan PBB juga sudah memutuskan mencabut mandatnya. Utusan Libya di PBB mengatakan, NTC membutuhkan waktu lebih banyak untuk membangun sarana keamanannya.

Namun, para diplomat PBB mengatakan, mandat untuk melindungi warga sipil sudah dilaksanakan, sehingga untuk bantuan keamanan lanjutan harus dibicarakan secara terpisah. Tapi satu kelompok kecil penasihat militer akan tetap berada di Libya untuk membantu NTC. (bbc/sya)



 
   Berita Terkait > Libya
 
  Libya Hadapi Fase Kritis Setelah Berakhirnya Perang Saudara
  Aliansi Milisi Ambil Alih Bandara Tripol
  Bentrok di Benghazi, Libia, 38 Tewas
  Konflik Serius Terjadi di Parlemen Libia
  PM Libia Turun Karena Serangan Milisi
 
ads1

  Berita Utama
Gubernur Riau Abdul Wahid Jadi Tersangka KPK, Diduga Minta 'Jatah Preman' Rp 7 Miliar dari Nilai "Mark Up" Proyek Jalan

KPK OTT Gubernur Riau Abdul Wahid

Kasus Ammar Zoni Diduga Ada Kerjasama Petugas Rutan, Komisi XIII DPR: Yang Terbukti Terlibat Bila Perlu Dipecat !

Digandeng Polri, Ribuan Ojol Deklarasi Jadi Mitra Jaga Kamtibmas di Monas

 

ads2

  Berita Terkini
 
Gubernur Riau Abdul Wahid Jadi Tersangka KPK, Diduga Minta 'Jatah Preman' Rp 7 Miliar dari Nilai "Mark Up" Proyek Jalan

KPK OTT Gubernur Riau Abdul Wahid

Viral Konten Dedi Mulyadi soal Sumber Air Aqua, Ini Klarifikasi AQUA

Kasus Ammar Zoni Diduga Ada Kerjasama Petugas Rutan, Komisi XIII DPR: Yang Terbukti Terlibat Bila Perlu Dipecat !

Mahfud MD Heran Diminta KPK Laporkan Dugaan Mark Up Proyek Whoosh: Agak Aneh Ini

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2