Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
EkBis    
Rupiah
Nilai Rupiah Anjlok, Menjadi Warning karena 'Ini di Bawah Nilai Fundamental'
2018-03-03 05:49:59
 

Ilustrasi. Rupiah anjlok.(Foto: twitter)
 
JAKARTA, Berita HUKUM - Bank Indonesia menyebut nilai tukar rupiah yang dalam beberapa hari terakhir bergerak di rentang Rp13.700-Rp13.800 per dolar AS sudah berada di bawah nilai fundamentalnya (undervalued).

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Jakarta, Jumat (2/3), mengatakan fluktuasi nilai rupiah dalam beberapa hari terakhir sudah berlebihan. Bank Sentral siap untuk melakukan stabilisasi di dua pasar, yakni pasar valas dan pasar surat berharga negara (SBN).

"Kalau menurut BI, rupiah sebelum fluktuasi sekarang ini sudah 'undervalued'. Kalau ada fluktuasi dalam beberapa hari terakhir, ya memang rupiahnya 'undervalued'," kata Mirza.

Mirza menekankan Bank Sentral terus berada di pasar untuk bersiap melakukan stabilisasi. Mirza juga membantah BI sengaja membuat rupiah "undervalued" untuk mendorong nilai ekspor.

"Kalau sudah 'undervalued' buat apa BI membuatnya 'undervalued' lagi. BI selalu ada di pasar untuk lakukan stabilisasi," ujarnya.

Ia menegaskan pelemahan rupiah terhadap "greenback" hanya bersifat sementara. Terlebih, mata uang Garuda bukan menjadi satu-satunya mata uang yang melemah terhadap dolar AS.

"Ini bukan fenomena Indonesia saja. Krona Swedia itu dari awal Februari sampai akhir Februari 2018 melemah 4,9 persen, Dolar Kanada 3,8 persen, Australian Dolar 3,6 persen. Kalau kita lihat negara berkembang, pada waktu awal Februari sampai akhir Februari, Rupiah melemah 2,6 persen," ujar Mirza.

Jumat ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, juga dibuka menguat tipis. Mengutip data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang diumumkan Bank Indonesia, Jumat dolar AS melemah 47 poin di level Rp 13.746 per dolar AS dibanding Kamis yang sebesar Rp13.793 per dolar AS.

Sementara, mata uang rupiah kian anjlok terhadap dolar AS dipasaran saat ini mendapat kritikan keras publik. Pasalnya, harapan realisasi agar rupiah menjadi mata uang yang berpengaruh secara global tak kunjung terwujud. Menurut Direktur Eksekutif Bimata Politica Indonesia (BPI) Panji Nugraha.

"Penguatan rupiah sekarang ini hanya menjadi harapan kosong bagi masyarakat yang terbuai oleh janji manis kampanye Jokowi pada 2014, karena janji penguatan rupiah diangka Rp.10.000/ Dollar AS jika Jokowi menjadi Presiden tidak terwujud, pantas jika publik merasa kecewa dengan kinerja ekonomi Pemerintahan Jokowi," tutur Panji, kepada Kabar3.com melalui keterangan tertulisnya, Jum'at (2/3).

Panji mengatakan, rupiah saat ini bukan hanya sangat mengkhawatirkan, tetapi mata uang rupiah tercatat sebagai mata uang kelima terendah di dunia dengan angka Rp. 13.800 /Dollar AS, peringkat teratas mata uang terlemah adalah jika dirupiahkan Iran Rp. 22.698 /dollar AS, Kedua. Republik Demokratik Sao Tome, Keempat Dong Vietnam dan kelima Rupiah Indonesia. Fakta ini yang jusrtu membuat publik semakin pesimis dengan retorika pemerintahan Jokowi yang mengklaim beberapa tahun kedepan Ekonomi Indonesia akan menjadi terbesar ketiga didunia.

"Sulit membayangkan prediksi yang dinyatakan oleh Pemerintah saat ini dengan asumsi pertumbuhan ekonomi akan menjadi salah satu yang terbaik dunia, disaat mata uang rupiah saja termasuk kategori mata uang terlemah kelima didunia, justru kita kalan jauh dengan negara tetanga seperti Malaysia apalgi Singapore, dan sebagai negarawan sebaiknya Jokowi mengakui kegagalannya dan segera mengevaluiasi," tutup Panji.(HRN/ANT/aktual/kabar3/bh/sya)



 
   Berita Terkait > Rupiah
 
  Efektivitas Peluncuran Uang Kertas Pecahan Rp 75 Ribu Edisi Khusus Dipertanyakan
  Rupiah Terus Anjlok, Defisit Anggaran Melebar dan Kasus Corona Bertambah
  Tekapar 127 Poin, Rupiah Menjadi Mata Uang Paling Lemah di Asia
  Kritik dan Tertawai Cetak Uang Braille, TKN Jokowi - Ma'ruf Sangat Below Standar Pengetahuan
  IPI: Ada 2 Faktor Penyebab Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar
 
ads1

  Berita Utama
Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

Istana Dukung Kejagung Bersih-bersih di Pertamina: Akan Ada Kekagetan

Megawati Soekarnoputri: Kepala Daerah dari PDI Perjuangan Tunda Dulu Retreat di Magelang

Usai Resmi Ditahan, Hasto Minta KPK Periksa Keluarga Jokowi

 

ads2

  Berita Terkini
 
BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

10 Ribu Buruh Sritex Kena PHK, Mintarsih Ungkap Mental Masyarakat Terguncang

Anak 'Crazy Rich' Alam Sutera Pelaku Penganiayaan, Sudah Tersangka Tapi Belum Ditahan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2