JAKARTA, Berita HUKUM - Mantan anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang juga dosen komunikasi Universitas Indonesia (UI), Ade Armando, Sabtu (23/5), dilaporkan ke Polda Metro Jaya dengan tuduhan penistaan agama.
Pelapornya seorang netizen bernama Johan Khan, pemilik akun Twitter @CepJohan.
“@adearmando1 anda sudah saya laporkan. Selamat menjalani proses hukum! #TuntutAdeArmando,” cuit Johan melalui akun Twitter-nya.
Dari bukti laporan yang diregistrasi dengan nomor TBL/1990/V/PMJ/Ditreskrimsus dan diunggah pelapor ke akun Twitter-nya, diketahui kalau salah satu relawan Jokowi-JK ini dilaporkan dengan tuduhan melanggar pasal 156 A dan atau pasal 28 ayat (2) KUHP jo pasal 45 ayat (2) UU RI No 11 Tahun 2008 tentang ITE.
Kasus ini bermula dari kicauan Armando pada Rabu (20/5), terkait kontroversi pembacaan ayat suci Al Quran menggunakan langgam Jawa dalam acara Isra Mi’raj di Istana Negara pada 17 Mei silam.
Dalam akun Twitternya, @adearmando1, Ade menulis begini: “Allah kan bukan orang Arab. Tentu Allah senang kalau ayat-ayat-Nya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, Cina, Hiphop.”
Tak lama setelah kicauan itu, terjadi pro dan kontra. Bahkan beberapa pengguna Twitter, termasuk Johan, menuntut Ade agar meminta maaf kepada umat Islam dalam 1×24 jam, namun tak diindahkan.
Akademisi yang Dosen komunikasi UI-Paramadina-UPH-Stikom-Sahid-IISIP, pengurus Yayasan Paramadina, aktivis UI Bersih ini baru memberikan klarifikasi setelah dirinya dilaporkan. Ini dia pernyataannya:
“Johan, jangan marah dong kalau saya tidak minta maaf. Kan saya tidak salah. Darimana saya menghina umat Islam? Sekarang saya tanya pada Anda, menurut Anda, Allah orang Arab bukan? Menurut saya, Johan, Allah bukan orang Arab. Allah bukan orang. Dia itu Mahluk yang tak bisa disamakan dengan orang. Dia itu Maha Pengasih. Maha Penyayang. Dia pencipta alam semesta berserta isinya. Jadi jelas ya, Allah bukan orang Arab. Kalau Anda marah pada saya, apa alasan Anda?”
Dan Johan menanggapinya begini: “Silakan Anda jelaskan alasan Anda itu ke Penyidik nanti atau pada saat kita fight di court, citizen against you. Anda berhak punya alasan. Saya pun memiliki hak yang sama. Anda fikir cuma saya yang marah? Perhatikan lagi baik-baik dunia Anda, ada ribuan lagi yang marah seperti saya. Anda telah menghina agama saya dan saya akan gunakan hak hukum saya sebagai warga negara.”
Sementara terkait hal ini, Ade Armando juga memberikan klarifikasi seperti yang dikutip pada situs madinaonline bahwa, masalahnya memang saat ini ada sebuah gejala yang mengganggu. Ada kelompok-kelompok dalam masyarakat yang terus menyuarakan gagasan bahwa kebudayaan Islam adalah kebudayaan Arab. Gejala kearab-araban itu terlihat dari gaya berpakaian, gaya bicara, gaya berkesenian atau juga gaya berpikir. Gejala ini berlangsung akibat propaganda internasional kaum Wahabi di Saudi Arabia yang dalam beberapa dekade terakhir berusaha menjadikan Kerajaan Saudi Arabia sebagai pusat Islam dunia.
Dalam kasus tertentu di Indonesia, ada pemuka agama yang mengubah nama domestiknya menjadi nama Arab. Atau ada politisi yang dengan sengaja menggunakan segenap atribut kearaban utuk membangun citra kesolehan dia. Semua berasal dari cara pandang, Islam adalah Arab.
Dalam konteks inilah, gagasan Menteri Agama layak disambut gembira. Di satu sisi, ayat-ayat Allah bisa menyebar lebih luas dengan memanfaatkan kedekatan budaya dengan masyarakat yang beragam. Di sisi lain, ini menjadikan Islam sebagai agama universal yang tidak terpusat pada segala sesuatu yang berbau Arab.
Karena itu saya menulis di status saya: “Allah kan bukan orang Arab. Tentu Allah senang kalau ayat-ayat-Nya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, Cina, Hiphop, Blues …”
Status ini ternyata mendapat respons luar biasa. Sampai 22 Mei, tercatat ada 560 komentar, dan status itu di-share 123 orang.
Hanya saja, ternyata ada banyak pihak yang memfitnah bahwa dalam status FB itu saya menyatakan bahwa “Allah adalah orang”.
Siapapun yang membaca kembali status itu tentu paham bahwa tidak ada satu pun kalimat dalam status itu yang menunjukkan bahwa saya menyamakan Allah dengan orang.
Jelas-jelas saya menyatakan : “Allah itu kan bukan orang Arab”. Mereka yang berpikiran jahat tentu bisa saja memelintir logika pembaca dengan mengatakan bahwa dengan demikian saya menyatakan bahwa Allah itu pada dasarnya orang, tapi bukan orang Arab.
Logika semacam itu tentu saja lemah. Kalau saya menyatakan bahwa teman saya ‘bukan monyet gila’ itu tidak berarti saya mengatakan bahwa teman saya itu ‘monyet waras’. Sederhana!
Jadi yang saya maksudkan dengan status saya itu simpel. Saya ingin mengatakan bahwa marilah kita mendukung upaya penyebaran ayat-ayat Allah dengan beragam cara dan budaya, tanpa harus selalu kearab-araban. Yang senantiasa menganggap Arab itu superior ya orang Arab sendiri. Nah karena Allah jangan disamakan dengan orang, apalagi orang Arab, marilah kita tidak kuatir bahwa Allah akan tersinggung kalau ayat-ayat-Nya disampaikan dengan gaya Jawa, Ambon, Minang, Cina atau mungkin blues dan hiphop (yang sedang digandrungi anak muda abad 21).
Gagasan itu sederhana. Namun saya duga memang ada upaya sengaja untuk menyerang saya, dan mungkin situs madinaonline yang saya pimpin, dengan menyebarkan fitnah keji itu.
Saya yakin ada banyak komentator dalam situs saya yang memang tidak membaca dengan seksama kalimat saya dan terperangkap dengan fitnah bahwa saya menyamakan Allah dengan orang.(man/citraindonesia/madinaonline/bh/sya) |