Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Internasional    
Ukraina
Obama: AS akan Bersama Ukraina
Thursday 13 Mar 2014 18:45:41
 

Ilustrasi. Presiden Rusia, Vladimir Putin (kiri). Obama dan PM Ukraina Arseniy Yatsenyuk (kanan). Obama mengatakan AS akan menolak hasil jajak pendapat Krimea. Ribuan pasukan Rusia dikerahkan ke Krimea.(Foto: Istimewa)
 
UKRAINA, Berita HUKUM - Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyambut Perdana Menteri sementara Ukraina di Gedung Putih dan berjanji untuk "bersama Ukraina" dalam konflik mereka dengan Rusia. Dia memperingatkan Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa komunitas internasional "terpaksa harus memberikan sanksi" jika Rusia tidak menarik pasukannya di Krimea.

Sebelumnya, para pemimpin G7 juga mengeluarkan ancaman yang sama. PM Ukraina Arseniy Yatsenyuk - yang berbicara setelah bertemu Obama - mengatakan Ukraina "tidak akan menyerah" kepada Rusia.

"Sangat tidak bisa diterima, bahwa kaki Rusia berada di tanah Ukraina pada abad ke 21, ini melanggar kesepakatan dan hukum internasional," katanya.

Referendum Krimea

Keberatan diplomatik terhadap tindakan Moskow ini datang menjelang jajak pendapat pada Minggu (16/3) di Krimea, di mana warga akan ditanya apakah mereka ingin bersama Ukraina atau bergabung dengan Rusia.

Militer Rusia dan sejumlah kelompok bersenjata pro-Rusia menduduki tempat-tempat utama di Krimea - daerah otonom Ukraina yang penduduknya mayoritas etnis Rusia - pada akhir Februari setelah jatuhnya Presiden Viktor Yanukovych.

Presiden Obama mengatakan pendapat AS sudah "sangat jelas bahwa kita menganggap tindakan Rusia di Krimea yang berada di luar batas merupakan Klik pelanggaran hukum internasional".

"Kami telah sangat tegas dengan mengatakan kita akan berdiri dengan Ukraina dan orang-orang Ukraina dalam memastikan bahwa integritas teritorial dan kedaulatan dipertahankan," tambahnya.

Sementara sebelumnya, Para pemimpin Rusia menolak semua upaya perundingan dengan mitra mereka dari Ukraina, seperti dijelaskan penjabat presiden Ukraina, Oleksandr Turchynov.

Dia juga mengatakan Ukraina tidak akan melakukan campur tangan militer di Krimea dan menyebut referendum di wilayah itu untuk memisahkan diri dari Ukraina merupakan 'penipuan'.

"Sayangnya, untuk saat ini Rusia menolak penyelesaian diplomatik dalam konflik ini," tutur Turchyinov seperti dikutip kantor berita AFP.

Sementara itu Perdana Menteri Arseniy Yatsenyuk sedang dalam perjalanan ke Amerika Serikat untuk bertemu dengan Presiden Barack Obama.

Hari Kamis (13/3), Yatsenyuk akan menyampaikan pidato di Dewan Keamanan PBB di New York.

Krimea -yang saat ini sudah dikuasai oleh militer Rusia- akan menggelar referendum Minggu 16 Maret.

"Pasukan Rusia tidak ingin menggelar referendum, mereka hanya ingin memalsukan hasilnya," tegas Turchynov.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, dilaporkan menolak tawaran perundingan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, sebelum Moskow menanggapi usulan untuk mengatasi krisis.

Krisis di Ukraina berawal dengan unjuk rasa yang akhirnya berhasil menggulingkan Presiden Viktor Yanukovych, yang pro-Rusia, namun warga Krimea yang sebagian besar mendukung Rusia menentang kepemimpinan baru di ibukota Kiev.(BBC/bhc/sya)



 
   Berita Terkait > Ukraina
 
  Ribuan Drone Digunakan Perang di Ukraina, Mengapa Fungsinya Begitu Penting?
  Krisis Pangan, Rusia Buka Opsi Ekspor Gandum Ukraina
  Rusia Ingin Umumkan Kemenangan di Ukraina pada 9 Mei, Kenapa Tanggal Itu Begitu Penting?
  Mengapa Indonesia Abstain Saat Rusia Dikeluarkan dari Dewan HAM PBB?
  Bagaimana Sikap Negara BRICS terhadap Rusia?
 
ads1

  Berita Utama
5 dari 6 Orang Terjaring OTT KPK Ditetapkan Tersangka Kasus Proyek Jalan di Sumatera Utara

Pengurus Partai Ummat Yogyakarta Buang Kartu Anggota ke Tong Sampah

Kreditur Kondotel D'Luxor Bali Merasa Ditipu Developer PT MAS, Tuntut Kembalikan Uang

Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

 

ads2

  Berita Terkini
 
Psikiater Mintarsih Ungkap Kalau Pulau Dijual, Masyarakat akan Tambah Miskin

5 dari 6 Orang Terjaring OTT KPK Ditetapkan Tersangka Kasus Proyek Jalan di Sumatera Utara

Psikiater Mintarsih: Masyarakat Pertanyakan Sanksi Akibat Gaduh Soal 4 Pulau

Terbukti Bersalah, Mantan Pejabat MA Zarof Ricar Divonis 16 Tahun Penjara

Alexandre Rottie Buron 8 Tahun Terpidana Kasus Pencabulan Anak Ditangkap

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2