AMERIKA SERIKAT, Berita HUKUM - Jam menunjukkan hampir pukul 19.00. Namun di Restoran Yang di South Michigan Avenue, Chicago, kursi-kursi untuk pelanggan sebagian besar kosong.
Hanya beberapa anak muda yang menyantap makan malam. Padahal ini adalah salah satu tempat makan terbaik yang direkomendasikan oleh koran Chicago Tribune.
Yang ramai adalah pelanggan yang memesan makanan untuk dibawa pulang, biasa disebut take away.
''Kami cukup sibuk petang ini, namun untuk yang makan di sini memang tidak sebanyak dulu,'' ungkap Anne, yang bertugas menerima pesanan melalui telepon, Minggu (04/11).
Kosongnya kursi-kursi di restoran bisa menggambarkan lesunya perekonomian Amerika Serikat.
Sejak dihantam krisis keuangan besar pada 2007, AS belum pulih. Ekonomi berangsur-angsur membaik, namun dengan laju pemulihan yang tidak secepat keinginan banyak orang.
Pengamat politik dari Ohio State University, Djayadi Hanan, mengatakan situasi ini dimanfaatkan calon presiden dari Republik, Mitt Romney, yang mengklaim memiliki pengalaman ekonomi dan bisnis yang lebih baik dari Barack Obama, presiden AS saat ini dari kubu Demokrat.
Sebelum terjun di panggung politik Romney dikenal sebagai pengusaha sukses.
Mencari pilihan lain
''Pada saat yang sama banyak pemilih yang dulu mencoblos Obama kecewa dengan kinerja pemerintah. Para pemilih ini sekarang mencari alternatif,'' kata Hanan.
''Romney berhasil meyakinkan banyak orang bahwa ia lebih baik dari Obama untuk urusan ekonomi. Dan dukungannya makin besar, terutama setelah debat pertama awal Oktober lalu di mana ia tampil meyakinkan,'' imbuh Hanan.
Mungkin dalam situasi sulit seperti ini pemilih putus asa dan condong ke calon yang dianggap bisa memberikan harapan.
''Padahal kebijakan ekonomi Romney sebenarnya sulit diterima. Dalam arti tidak menjawab sepenuhnya persoalan AS,'' kata Jeffrey Winters, pengamat ekonomi politik dari Universitas Northwestern di Chicago.
''Misalnya Romney tidak setuju dengan beban pajak yang besar untuk orang-orang kaya. Menurut Romney, kalau beban pajak bagi kelas atas tidak terlalu besar, maka mereka akan lebih banyak berinvestasi.''
''Lebih banyak investasi berarti menambah lapangan kerja. Itu argumentasi Romney,'' kata Winters.
Namun sejarah juga mencatat bahwa beban pajak yang besar untuk orang-orang kaya bisa menambah lapangan kerja, seperti yang terjadi di era Presiden Bill Clinton.
Kecewa dengan Obama
Berbagai argumentasi ini diuji pada 6 November ketika tak kurang dari 135 juta orang di seluruh Amerika mencoblos kandidat di pilpres kali ini.
Sejauh ini jajak pendapat secara nasional menunjukkan Obama dan Romney bersaing ketat.
''Terus terang saya memilih Romney karena saya kecewa dengan keadaan ekonomi dalam empat tahun terakhir,'' kata John Emmanuel, saat ditemui di Detroit, Michigan.
Emmanuel sehari-hari bekerja sebagai staf pemasaran kartu kredit.
''Saya harus menghidupi keluarga dan setiap bulan harus mengeluarkan dana besar untuk mencicil rumah. Saya tidak ingin kehilangan lapangan kerja. Saya percaya Romney bisa menjamin masa depan saya,'' kata Emmanuel.
Banyak orang di AS yang mengkhawatirkan masa depan, seperti Emmanuel ini. Data resmi menunjukkan jumlah orang yang tidak memiliki pekerjaan mencapai sekitar 22 juta orang, dengan tingkat pengangguran mencapai 7,9%.
Di mata Romney data ini menjadi bukti kegagalan pemerintah Obama.
Sebaliknya bagi Obama, turunnya tingkat pengangguran di bawah 8%, ditambah dengan data-data lain seperti belanja kosumen yang naik, menunjukkan bahwa ekonomi pelan-pelan bergerak.
Itu sebabnya mengapa ia meminta diberi kesempatan empat tahun lagi untuk membawa Amerika keluar dari krisis besar ini.(bbc/bhc/opn) |