SURABAYA, Berita HUKUM - Maraknya tindakan terorisme disikapi oleh Pergerakan Santri Nusantara (PSN). Dalam diskusi publik bertajuk "Proteksi Santri Terhadap NKRI dari Bahaya Laten Terorisme" yang diselenggarakan di Asrama Haji Surabaya. Mengemuka pandangan pentingnya menguatkan peran santri dalam menghadan ideologi radikalisme dan terorisme.
"Selama ini terorisme selalu diidentikkan dengan pesantren dan kaum santri. Stigma seperti ini tentu tidak benar adanya." papar Tegar Putuhena, Ketua Umum Pergerakan Santri Nusantara dalam diskusi, Jum'at (27/2) lalu.
Tegar menegaskan akan pentingnya menangkal pemahaman radikalisme ini dengan cara menguatkan peran santri.
Jumlah pesantren di Indonesia sudah cukup banyak, begitupun santri didik yang dihasilkan. Menurutnya, tumbuh berkembangnya pemahaman radikal selama ini salah satunya dipicu karena minimnya penguatan jiwa nasionalisme khususnya di kalangan santri.
"Pemerintah tentunya harus turun tangan. Pendidikan nasionalisme harus diintegrasikan dengan metode pembelajaran santri di pesantren," imbuh Tegar.
Ketua Umum Pergerakan Santri Nusantara itu pun melanjutkan bahwa kedepan, peran santri harus diperhatikan oleh pemerintah dalam upaya memproteksi keutuhan NKRI.
Muhammad Hermansyah, akademisi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang turut hadir dalam diskusi tersebut juga menyampaikan bahwa penting untuk melakukan proteksi NKRI di dunia akademik. Mahasiswa harus dibentuk sebagai agen nasionalisme yang kebal terhadap paham radikal dan terorisme.
"Dalam dunia akademik harus ada peran aktif setiap stakeholder untuk mencegah tumbuh suburnya ideology radikal.", ungkap Hermansyah.
Peristiwa bom Thamrin menurut kedua narasumber merupakan satu bukti bahwa semua pihak perlu turun tangan untuk mencegah kejadian seperti itu terulang kembali. Terorisme haruslah dipahami sebagai bahaya laten yang harus diwaspadai.(rls/bh/rar) |