JAKARTA, Berita HUKUM - Ahli hukum Pidana Prof. Dr. Romli Atmasasmita SH, LLM menyatakan, langkah hukum Kejaksaan Agung (Kejagung) Republik Indonesia yang melaporkan pengusaha Harry Tanoesoedibjo ke Bareskrim Polri berlebihan. Sebab, dari isi pesan singkat yang disampaikan Jaksa Agung HM. Prasetyo di DPR tidak masuk kategori ancaman kepada pihak lain.
Begitu juga yang disampaikan oleh anak buah HM Prasetyo di Bareskrim Polri.
Romy menyebutkan, bahwa pesan yang disampaikan tersebut hanyalah mengingatkan. "Kedua, yang SMS pun tak memiliki kekuatan untuk mengancam karena ini hanyalah sebuah SMS," jelas Romli, saat dihubungi wartawan, Jakarta, Jumat (29/1).
Romli pun menambahkan, dirinya yakin penegak hukum pasti mengerti mana SMS yang mengancam mana yang tidak.
"Jadi saya kira penegak hukum pun pasti mengerti kalau SMS itu bukan untuk mengancam, jadi menggembor-gembornya ke banyak pihak termasuk Bareskrim saya pikir sia-sia, malah menambah gaduh," lanjut Romli.
Dirinya juga menyarankan kepada HM Prasetyo sebagai mantan politisi NasDem dan Anggota DPR RI ini untuk tidak terlalu mengumbar permasalahan SMS tersebut. Sebab, akan lebih baik jika permasalahan ini selesai di tingkat internal.
"Harusnya, dikonfirmasi dulu, dari mana SMS itu, mengapa SMS itu dipersoalkan, bagaimana penyelesaiannya, bukan malah menambah masalah dengan mengumbar SMS itu kemana-mana," jelas Romli.
Sebelumnya Kepala Subdirektorat Penyidik Tindak Pidana Korupsi Kejaksaan Agung, Yulianto, melaporkan Harry Tanoesoedibjo ke Bareskrim Polri, Kamis (28/1).
"Saya melaporkan seseorang berinisial HT atas Pasal 29 UU ITE," ujar Yulianto seusai melapor di Bareskrim Polri.
Pasal 29 UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Transaksi Elektronik (ITE) berbunyi,"Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan informasi elektronik dan atau dokumen elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi".
Yulianto mengatakan, laporan itu dibuat atas dasar adanya pesan singkat dari sebuah nomor yang berisi ancaman dan terkesan menakut-nakuti dirinya.
Yulianto sempat mendiamkan pesan singkat itu. Namun, pesan singkat dengan unsur yang sama kembali diterima.
"Mas Dwiyayanto, kita buktikan siapa yang salah dan siapa yang benar. Siapa yang profesional dan siapa yang preman. Anda harus ingat bahwa kekuasaan itu tidak akan langgeng."
"Saya masuk ke politik salah satu tujuannya memberantas oknum penegak hukum yang semena-mena, yang transaksional, dan abuse of power. Catat kata-kata saya di sini, saya pasti jadi pimpinan di sini. Di situlah saatnya Indonesia akan dibuktikan," tutur Prasetyo, membacakan pesan singkat.(bh/mkb) |