JAKARTA (BeritaHUKUM.com) – Meski telah divonis bersalah dan dijebloskan ke penjara, bukan berarti Paskah Suzetta mau mengakui telah menerima suap berupa cek pelawat dari terdakwa Nunun Nurbaeti. Politisi Partai Golkar ini tetap ngotot tidak pernah menerima apa pun dari istri mantan Wakapolri Komjen Pol. (Purn) Adang Daradjatun itu.
"Biar pun saya diputus Pengadilan (Tipikor) pada Juni 2011, dinyatakan bersalah, saya tidak pernah menerima (suap). Tapi keputusan pengadilan terhadap saya telah menganggap (saya) menerima (suap),” kata Paskah Suzetta dalam memberikan keterangannya pada persidangan terdakwa Nunun Nurbaeti di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (21/3).
Mantan Meneg Bappenas ini menegakan pula bahwa dirinya tidak pernah mengembalikan cek perjalanan yang dikeluarkan Bank BII yang nilainya Rp 600 juta. Saat penyidikan yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dirinya hanya menyerahkan mobil Honda CRV kepada penyidik. Hal ini merupakan ketegasan sikapnya bahwa tak pernah menerima suap seperti yang dituduhkan itu.
Pada bagian lain, Paskah juga kembvali membantah dirinya pernah diperkenalkan Nunun kepada Miranda Swaray Goeltom. Fakta yang sebenarnya adalah dirinya sudah lama mengenal Miranda sejak 1998, ketika yang bersangkutan telah menjadi deputi gubenur Bank Indonesia (BI). "Miranda adalah mitra kerja Komisi IX DPR. Saya tidak akrab, tapi sering ketemu dalam rapat (DPR dengan BI),” jelasnya.
Paskah sempat enggan menjawab pertanyaan jaksa Muhammad Rum yang bertanya soal pertemuan di sebuah kafe kawasan Cipete, Jakarta Selatan. Dia sempat menolak menjelaskan dengan alasan sudah menjelaskannya dalam persidangan perkaranya pada tahun lalu. “Semua sudah saya jelaskan, saat jadi jadi terdakwa kasus ini,” selorohya.
Sedangkan dalam kesaksian sebelumnya, keterangan saksi Asep Ruchimat Sudjana agak memberatkan Pasakah Suzetta. Menurut dia, justru dirinya pernah bertemu Paskah dan terdakwa Nunun Nurbaeti di acara Paguyuban Masyarakat Sunda yang berlangsung di Hotel Mulia pada 2003 lalu. "Dalam acara itu, saya juga melihat ada Pak Hamka Yandhu. Pak Hamka bukan orang Sunda, dia asal Makassar,” jelas mantan anggota Fraksi Partai Golkar itu.
Namun, Asep menuturkan bahwa pertemuan tersebut tidak berkaitan dengan pemilihan Miranda sebagai deputi senior gubenur BI, hanya sebatas perkumpulan Paguyuban Sunda. Pertemuan ini juga pernah dilangsungkan pada 2000 dengan memilih tempat di Mercantile Athletic Club, gedung World Trade Center (WTC), Jakarta Pusat.
Saat hal ini dikonfirmasi kepada terdakwa Nunun, langsung dibenarkan. Bahkan, Nunum hampir tak pernah absen dalam pertemuan Paguyuban Masyarakat Sunda tersebut. Bahkan, Nunun sangat bangga telah sempat ditunjuk sebagai ibu masyarakat Sunda. “Memang kami sering ketemu di acara itu. Saya diangkat panitia sebagai ibunya masyarakat Sunda,” papar Nunun yang tak lagi lupa ini.(mic/spr)
|