TRIPOLI-Setelah melalui pertempuran sengit, pasukan pemberontak Libya akhirnya berhasil menguasai Tripoli. Meski demikian, mereka belum berhasil menumbangkan kekuasaan Moamar Khadafi, karena markas Khadafi dan pasukan setianya yang berada di distrik Bab Al-Aziziyah, belum sepenuhnya dikuasai.
Seperti dilaporkan Reuters, jatuhnya ibu kota Libya pada Senin (22/8) ini, ditandai dengan masuknya iring-iringan pasukan pemberontak. Mulusnya jalan mereka ini, setelah pasukan pemerintah pimpinan Moamar Khadafi menyerah. Warga kota tersebut pun tumpah ruah ke jalan-jalan untuk merayakan kemenangan.
Pasukan pemberontak mengibarkan bendera-bendera oposisi dan menembakkan senjata ke udara sebagai tanda perayaan. Lapangan Hijau yang selama ini menjadi simbol Tripoli kini dipadati warga. Oposisi pun mengubah nama lapangan itu menjadi Lapangan Pahlawan.
Baliho-baliho Khadafi di sekitar lapangan itu dirobohkan warga. Selama ini lapangan tersebut digunakan Khadafi untuk aksi dukungan rakyat kepadanya. Jalan-jalan Ibu Kota pun berubah menjadi ajang pesta kemenangan rakyat.
Putra tertua Khadafi, Mohammed Al Khadafi, kini menjadi tahanan rumah, dan putra keduanya, Seif Al Islam, dilaporkan ditangkap. Pasukan pengawal presiden juga dilaporkan telah meletakkan senjata.
Dari Amerika Serikat (AS), Presiden Barack Obama mengatakan, rezim Moammar Khadafi menunjukkan tanda-tanda keruntuhan. Ia meminta pemimpin Libia itu menyerahkan kekuasaannya untuk menghindari korban lebih banyak.
"Cara terbaik untuk mengakhiri pertumpahan darah sederhana: Moammar Khadafi dan rezimnya harus mengakui bahwa kekuasaan mereka telah berakhir. Khadafi perlu mengakui kenyataan bahwa ia tidak lagi mengontrol Libia. Ia perlu melepaskan kekuasaan untuk semuanya, " kata Obama.
AS pun mengklaim akan terus bekerja dengan sekutu dan mitranya dalam komunitas internasional untuk melindungi rakyat Libia. Sebenarnya, tumbangnya Khadafi tak lepas dari peran AS dan sekutunya di Eropa. Mereka sangat berkepentingan turun tangan dalam krisis Libya, karena negara Arab itu merupakan salah satu penghasil minyak terbesar di dunia. Krisi Libya sempat membuat harga minya dunia bergejolak.(mic/sya)
|