MALANG, Berita HUKUM - Dalam mengembang misi perubahan, pemuda memegang peranan penting karena memiliki karakteristik yang kritis dan berani menyatakan kebenaran. Karenanya, pemuda dalam konteks perjuangan harus menjadi aktor, bukan penonton.
“Mahasiswa adalah katalisator perubahan. Dalam konteks pemberantasan korupsi, mereka adalah agen perubahan yang menyebarkan nilai antikorupsi itu,” ujar Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johan Budi dalam kuliah umumnya pada Selasa (5/5) lalu di Universitas Gajayana, Malang Jawa Timur.
Johan menyebutkan, para pejuang dan pendiri bangsa ini, juga berusia relatif muda saat melawan penjajahan imperialisme dan kolonialisme di Tanah Air. “Pemuda adalah kunci perubahan. Kalau pemudanya tak memiliki visi perjuangan, bagaimana masa depan bangsa ini?” katanya.
Acara tersebut digelar dalam rangka Dies Natalis ke-35 Universitas Gajayana. Kegiatan ini, menurut Rektor Universitas Gajayana Rosyidi, merupakan salah satu bentuk dukungan pihak kampus kepada KPK agar dapat menumbuhkan budaya antikorupsi bagi civitas akademika, khususnya para mahasiswa.
Rosyidi melanjutkan, budaya antikorupsi bisa dimulai dari contoh kecil dalam kehidupan di kampus antara dosen dan mashasiswa. “Fenomena mahasiswa memberikan hadiah atau sesuatu kepada dosen menjelang ujian, akhir tidak diperbolehkan di lingkungan Universitas Gajayana,” katanya.
Acara kuliah umum yang dihadiri ratusan mahasiswa ini. Johan menyampaikan “Indonesia negara yang makmur, namun masih ada 28.07juta orang yang masih berada dibawah garis kemiskinan karena apa ? karena korupsi,” ungkapnya. Dia menambahkan, KPK memiliki program pendidikan berbasis keluarga dan banyak gerakan antikorupsi yang bisa disosialisaikan, antara lain Gerakan "Saya, Perempuan Antikorupsi yang pada tahun ini sudah dicanangkan.”(kpk/bh/sya) |