JAKARTA, Berita HUKUM - Kunjungan Partai Nasdem ke kantor DPP PKS beberapa waktu lalu dinilai sebagai bentuk kekecawaan partai besutan Surya Paloh itu terhadap sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi), berkaitan dengan penunjukkan posisi Jaksa Agung Republik Indonesia. Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin mengatakan atas dasar itu, Partai Nasdem mulai melakukan serangkaian manuver politik.
"Nasdem sedang kecewa pada Jokowi, apa yang dilakukan Nasdem pasti ada sebabnya. Ada asap pasti ada api. Salah satu sebab itu adalah Jaksa Agung yang diberikan ke PDIP (Jaksa Agung saat ini adiknya politisi PDIP TB Hasanudin)," ucap Ujang kepada pewarta BeritaHUKUM.com, Minggu (3/11).
Meski begitu, kata dia, Nasdem tetap ingin berada pada poros koalisi, namun juga mulai menjajaki hubungan politik yang lebih jauh dengan parpol diluar pemerintahan.
"Nasdem masih akan tetap di koalisi Jokowi. Tapi ingin berteman dengan oposisi," ujarnya.
Dia pun menilai bahwa sikap politik Nasdem saat ini hampir sama dengan yang dilakukan PKS saat pemerintahan SBY.
"Nasdem ini seperti akan mengulang kisah PKS di kabinet SBY. PKS ada dalam barisan koalisi SBY ketika itu dan kadernya ada yang menjadi menteri. Tapi sering keras mengkritik dari dalam. Sepertinya Nasdem akan mengulang gaya PKS dimasa lalu." jelasnya.
Ujang menambahkan, jika Nasdem dengan tegas menyatakan akan menjadi oposisi, merupakan sebuah sikap politik yang baik.
"Jika ingin membangun keseimbangan politik. Keluar dari koalisi Jokowi. Lalu memutuskan beroposisi adalah jalan terbaik. Menyalamatkan demokrasi saat ini harusnya dengan cara Nasdem keluar dari koalisi Jokowi. Dan siap-siap untuk menjadi oposisi," paparnya. (bh/mos)
|