JAKARTA (BeritaHUKUM.com) – Setelah tiga kali digelar pada 2006, 2008, dan 2010, South to South Film Festival (StoS) kembali digelar pada tahun ini. Acara ini akan berlangsung selama empat hari atau mulai Kamis (23/2) hingga Minggu (26/2) di Goethe Institute, Menteng, Jakarta Pusat.
Pada tahun ini StoS mengangkat tema ‘Semangat Tanpa Batas’. Semangat tanpa batas ini diambil dari sebuah cerita masyarakat kita atas perjuangan yang tak pernah berhenti. Adalah masyarakat adat Mollo, sebuah suku di Kecamatan Nausus, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi NTT.
“Acara ini terbuka untuk umum dan gratis. Tidak hanya pemutaran film, tetapi para pengunjung juga akan diajak untuk merasakan semangat Mollo yang ditampilkan pada pameran StoS Film Festival. Acara pameran akan dimulai pada pukul 17.00 WIB. Jadi para pengunjung bisa menikmati pameran, sebelum pembukaan dimulai,” kata seorang panitia penyelenggara, Ferdinand Ismail dalam rilisnya, Kamis (23/2).
Menurut dia, semangat perjuangan mereka akan dijadikan ikon dan simbol ‘Semangat Tanpa Batas’ untuk keseluruhan kegiatan StoS. Dalam StoS Film Festival ini akan menayangkan 33 film dokumenter dan fiksi dan pameran tentang masyarakat Mollo yang berhasil memperjuangkan kearifan lokalnya dan memilih mempertahankan lingkungan, pangan lokal dan tenunnya, dari kegiatan yang merusak lingkungan.
Ferdinand menambahkan, ‘Pulihkan Indonesia’ dan ‘Negeri dibawah Kabut’ menjadi dua film pembuka pada StoS Film Festival 2012. Pulihkan Indonesia adalah film animasi stop motion yang akan bercerita kepada kita mengenai kerusakan lingkungan yang kita sebabkan. Film yang berdurasi 4 menit ini, mengajak kita untuk berbenah diri atas apa yang telah kita lakukan kepada Indonesia.
Film kedua adalah Negeri Dibawah Kabut, film dokumenter berdurasi 100 menit karya Salahudin Siregar. Film ini bercerita tentang sebuah komunitas petani di sebuah desa di lereng gunung yang sedang menghadapi perubahan tanpa mengerti alasannya. Sebagai komunitas yang terbiasa menggunakan kalender tradisional Jawa dalam membaca musim, mereka dibuat bingung oleh musim yang sedang berubah.
“ Melalui kehidupan sehari-hari dua keluarga petani, Negeri Dibawah Kabut membawa kita melihat lebih dekat bagaimana perubahan musim, pendidikan dan kemiskinan saling berkaitan satu sama lain,” jelas Ferdinand, seperti dikutip laman stosfest.org
StoS yang merupakan festival film lingkungan dua tahunan. Even ini hadir sebagai gerakan penyadaran dan penggalangan solidaritas lewat film dan media visual, dengan melibatkan masyarakat kota dan jejaring global, untuk memberikan dukungan, kepedulian dan kontribusi kepada masyarakat di kawasan yang selama ini menjadi korban eksploitasi yang merusak, sehingga menyengsarakan ekologi dan masyarakat yang tinggal di sekitar.(rls/biz)
|