JAKARTA, Berita HUKUM - Dalam Seminar Nasional bertema "Mencari Sosok Ideal Pemimpin Bangsa, di Hotel Alia Cikini Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (3/11) hadir tokoh Reformasi 1998 dan saat ini menjabat sebagai Anggota Dewan Penasihat Presiden (Watimpres) SBY, Prof. Dr. M. Ryaas Rasyid (63Th) kelahiran Gowa, Sulawesi Selatan.
Dalam keteranganya Ryaas menyampaikan bahwa, dirinya saat ini senang meliihat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), karena sampai hari ini (PKB) belum mencalonkan Ketua Umumnya Muhaimin Iskandar sebagai Capres, bahkan masih menjagokan tokoh di luar partainya seperti HM, Jusuf Kalla dan H. Rhoma Irama.
"Sungguh sangat baik, dibanding Parpol lain yang telah menjagokan Ketumnya atau Dewan Pembinanya, Sekarang saya kira Tuhan banyak memberikan masalah pada Indonesia, agar kita sadar jika memilih pemimpin, pilihlah yang dapat menyelesaikan masalah bangsa, bukan sekedar memilih idola," ujar Ryaas Rasyid dalam diskusi, 'Mencari Sosok Ideal Pemimpin Bangsa, proses jalan panjang menuju Pilpres 2014' dengan pembicara, H. Marwan Jafar, SE, SH, BBA Anggota DPR RI dari Fraksi PKB, Prof. Dr. M. Ryaas Rasyid serta Danang Girindrawardana Ketua Ombudsman RI.
Dijelaskan Ryaas kembali, bahwa Tuhan mentakdirkan Indonesia pernah dipimpin orang seperti pak Harto selama 32 tahun, yang menjadikan uang sebagi tujuan untuk kebahagian dirinya dan keluaraganya, namun ternyata tidak dapat memberikan kebahagiaan. Lihat akhir masa hidup pak Harto, jadi bukan sekedar berkuasa hanya untuk mencari uang.
Menurut Ryaas, "sosok pemimpin yang baik itu tidak menonjolkan dirinya, kalau suka menonjolkan diri yang aneh-aneh, dan suka narsis, itu gejala sakit jiwa," ujar Ryaas kembali, di sambut dengan tepuk tangan dan tawa para peserta diskusi, yang sebagian besar merupakan para intelektual mahasiswa dan aktifis.
Menurutnya, Calon Presiden kedepan, paling tidak sudah dapat mengambarkan calon -calon anggota kabinet bayanganya kelak. Jadi jangan hanya ujuk-ujuk jadi Presiden dan milih orang secara acak.
Masalah bangsa ini sudah seperti penyakit, dan kemiskinan itu ibarat orang sakit jantung, sedangkan masalah penegakkan hukum itu ibarat orang sakit paru-paru. Sedangkan masalah pendidikan ibarat orang sakit Liver.
"Itu, masalah pendidikan ibarat sakit liver ngak terasa sakit, liver itu belum ada keluhan, namun kalau separuh liver sudah rusak baru terasa kacau," ujarnya kembali.
Sedangkan, produktifitas masyarakat kita saat ini sangat rendah, itu diibaratkan Ryaas seperti orang terkena sakit lumpuh.
"Dan semua penyakit ini tidak bisa sembuh hanya dengan dr umum biasa yang dapat menyembuhkan, jika di kasih suntik saja bisa mati, jadi jangan sampai salah pilih dr," ujar Ryaas kembali mencoba mengasumsikan keadaan bangsa saat ini.
Kemiskinan itu orang tidak bisa makan, sekolah, miskin bukan takdir kita, tapi itu produk dari sebuah sistim, jadi seperti gejala sosial, sikologis, kultural, dan kemiskinan itu bisa diperbaiki.
"Dan jika pemimpin kita berkhianat, dia pasti akan masuk neraka, akan ada perkampungan orang Indonesia di neraka sana dan saya yakin itu," pungkasnya.(bhc/put) |