JAKARTA, Berita HUKUM - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan keinginan pemerintah untuk memodernisasi besar-besaran alat utama sistem senjata (alutsista) dalam kurun 5 tahun mendatang. Presiden berharap dengan alutsista yang modern, Indonesia akan menjadi macan Asia dalam bidang pertahanan.
“Kuatnya sistem pertahanan Indonesia bukan untuk melakukan agresi, namun semata-mata untuk meningkatkan kemampuan pertahanan mengingat sudah lama Indonesia tidak memodernisasi alutsista”, kata Presiden SBY dalam jumpa pers usai Sidang Kabinet Terbatas Bidang Pertahanan di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur.
Dijelaskan Presiden, bahwa pembangunan sistem pertahanan Indonesia menganut sistem minimum essential force (MEF) , yang merupakan konsep bela negara yang menerapkan prinsip dalam keadaan damai kita cukup memiliki kekuatan minimum, tetapi keadaan peran dapat dengan cepat dibesarkan kemampuannya dengan cara mobilisasi pasukan.
Pembangunan alutsista yang kuat, lanjut Kepala Negara, didasari beberapa hal, diantaranya: melengkapi kekuatan tempur RI, memperkuat kekuatan tangkal , menghadapi geo-politik baru, dan menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI
“Saya yakin dalam waktu tidak lama lagi Indonesia akan menjadi macan Asia di bidang pertahanan. Tetapi kita bukan negara agresor, kita tidak punya niat apaun. Kita bersama-sama ASEAN menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban di kawasan ini. Tetapi Indonesia siap untuk melakukan apapun untuk kedaulatan negerinya. Karena Indonesia cinta damai, tapi kita lebih cinta keutuhan NKRI”, Presiden menegaskan.
Presiden menegaskan, Indonesai tidak boleh lemah dibidang pertahanan agar tidak disepelekan negara lain. Indonesia harus kuat, tapi kuat yang mengayomi. Pembangunann alutsista modern, menurut presiden, juga dilakukan mengingat kemampuan keuangan yang memungkinkan.
Anggaran pertahanan RI terus meningkat dari tahun ke tahun dengan angka yang cukup besar. Pada tahun 2004 anggaran pertahanan kita berjumlah Rp 21,7 triliun, tahun 2009 menjadi Rp 33,67 triliun, dan tahun 2012 ini menjadi Rp 72,54 triliun, dan tahun 2013 pemerintah akan mengalokasikan anggaran pertahanan le4bih dari Rp 77 triliun.
Kepala Negara berpesan agar jajaran Kementerian Pertahanan dan TNI untuk mengelola anggaran dengan baik, pengadaan alutsista dilaksanakan dengan perencanaan, pelaksanaan dan menaknisme serta prosedur yang benar, dengan mencegah penyimpangan. Dengan demikian pengadaan alutsista bukan justru menimbulkan masalah.
“Kalau mengadakan alutsista harus ada kehandalan sistemnya, sekaligus inter of availability, sehingga kalau mengadakan operasi gabungan melibatkan angkatan laut, angkatan udara, angkatan darat semua bisa saling berhubungan sehingga operasinya akan menjadi efektif,” tandas presiden.
Utamakan Kemandirian
Presiden SBY mengingatkan pentingnya kemandian dalam memenuhi pengadaan alutsiswa, yakni dengan membangun industri pertahanan yang kuat. .Kemandirian pengadaan alutsista hanya dapat terwujud bila jajaran Kementerian Pertahanan dan TNI tetap mengacu pada kebijakan pengadaan di dalam negeri, dengan mempertimbangkan aspek ekonomis dan bisnisnya.
“Tidak bagus kalau kita selalu tergantung kekuatan asing menyangkut alutsista dan perlengkapan militer. Selam akebutuhan itu bisa dipenuhi dengan produk dalam negeri, kita akan mengadakan di dalam negeri. Kalau tidak bisa, baru diadakan dari luar negeri . Itupun dalam kerangka kerjasama seperti alih teknologi, joint productions, joint research and development , dan sebagainya”, ujar presiden.
“ Saya punya pendirian kita tidak akan membeli alutsista dari negara lain, kalau itu ada persyaratannya, apalagi persyaratan politik”, katanya.
Presiden menyatakan kebanggaannya terhadap prestasi yang telah dicapai dibidang industri mikliter, yang mutunya tidak kalah disbanding industri pertahanan negara lain, misalnya payung udara, panser, dan senapan. Untuk masa mendatang, Presiden juga meminta produksi kendaraan tempur dan kendaraan taktis yang sesuai geografis, sifat ancaman dan kekhasan Indonesia.(skb/bhc/opn) |