JAKARTA, Berita HUKUM - Presiden Venezuela, Hugo Chavez telah meninggal dunia, Selasa malam waktu setempat, di sebuah rumah sakit militer setelah Ia tak kuat lagi melawan penyakit kanker yang dideritanya. Wakil Presiden telah mengumumkan hal tersebut hingga akhirnya memicu gelombang berkabung di negara, dimana Chavez memerintah sejak tahun 1999.
Sosok yang menjadi simbol sosialisme Amerika Latin tersebut akhirnya menyerah pada infeksi pernafasan, 21 Bulan setelah ia pertama kali mengungkapkan memiliki tumor. Chavez tidak pernah terlihat di depan umum selama tiga bulan sejak menjalani operasi darurat di Kuba pada tanggal 11 Desember 2012.
Chavez akan dimakamkan secara kenegaraan di Caracas, dan kemungkinan besar akan dihadiri oleh jutaan pendukung dan pemimpin sayap kiri dari seluruh dunia yang telah terinspirasi oleh doktrin Chavez dari "Bolivarian abad ke-21 sosialisme", berterima kasih atas energi bersubsidi yang disediakan atau hanya terkesan dengan kharismanya.
Harapan untuk pemulihan kesehatan Chavez makin sirna pada Senin kemarin, ketika Menteri komunikasi, Ernesto Villegas, mengatakan bahwa kondisi Presiden Hugo Chavez sudah kritis. "Infeksi pernapasan baru dan serius," kata Ernesto seperti dilansir Guardian.co.uk, Selasa (5/3).
Kematiannya juga akan memicu pemilihan Presiden, yang harus diselenggarakan dalam waktu 30 hari kedepan, untuk memutuskan siapa yang mengontrol cadangan minyak terbesar di dunia yang belum dimanfaatkan. Penerus Chavez yang ditunjuk adalah Wakil Presiden, Nicolás Maduro, yang kemungkinan menghadapi Henrique Capriles, calon oposisi yang kalah dalam pemilihan Presiden terbaru.
Mengganti salah satu tokoh yang paling berwarna-warni pada lanskap politik global akan menjadi tantangan besar. Lahir dari sebuah keluarga miskin di dataran, Chavez menjadi Komandan Tank dan pemuja pembebas Amerika Selatan, Simon Bolivar. Chavez adalah kebangkitan dan paling vokal mengkritisi AS, mengenai perang di Irak, bahkan mantan Presiden George W Bush, Ia ibaratkan sebagai keledai dan setan.(gdn/bhc/mdb)
|