Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
EkBis    
Proxy War
Proxy Asing Peluang, Tantangan dan Harapan MEA 2015
Monday 24 Nov 2014 03:30:49
 

Mayjen TNI Agus Sutomo Pangdam Jaya saat memberikan kenang-kenangan kepada Rachmawati Soekarno Putri pendiri utama Ketua Yayasan Pendidikan Bung Karno di acara perkuliahan umum di UBK Jakarta.(Foto: BHmnd)
 
JAKARTA, Berita HUKUM - Indonesia dan negara-negara di wilayah Asia Tenggara membentuk sebuah kawasan yang terintegrasi yang dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA merupakan bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Ada 3 pilar utama yang telah dibahas para petinggi Negara Indonesia, yakni hubungan sistem pertahanan keamanan militer, hubungan perekonomian, serta hubungan pertukaran pelajar (sisi pendidikan).

Namun yang menjadi kendala ditinjau dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta pondasi industri yang bagi Indonesia berada pada peringkat keempat di ASEAN.

Oleh karena itu, para risk professional lebih peka terhadap fluktuasi agar dapat mengantisipasi risiko yang muncul dengan tepat. Selain itu, kolaborasi yang apik antara otoritas negara dan infrastrukur baik secara fisik dan sosial (hukum dan kebijakan) perlu dibenahi, serta peningkatan kemampuan serta daya saing tenaga kerja dan perusahaan di Indonesia. Harapannya Indonesia jangan menjadi penonton di negara sendiri di tahun 2015 mendatang.

Menelisik pesan singkat MMS Sri Edi Swasono (74), Guru Besar Universitas Indonesia (penasehat menteri PPN / Bappenas, Ketum Majelis Luhur Tamansiswa) tanggal 28 oktober 2014 kepada Jenderal TNI (purn) W.S sebagai berikut :

"Kiageng Jenderal TNI (purn) W.S,

Pernyataan Kemerdekaan 17 Agustus 1945 adalah 'pernyataan kebudayaan', pernyataan yang menegaskan bangsa ini meninggalkan underdog mentality' menegaskan diri tidak lagi bermatabat, sebagai koelie di negeri sendiri, teguh melakukan unlearning melepaskan mindset keinlanderan, membentuk mindset merdeka, menegakkan budaya onafhankelijkheid, sebagai suatu penyataan kemandirian untuk menjadi Tuan di Negeri sendiri.

Pernyataan budaya ini tentu melahirkan tuntutan-tuntutan budaya yaitu: memiliki kesadaran-kesadaran berdaulat, mandiri, berharga diri, berharkat martabat, berkehidupan cerdas (tidak sekedar berotak cerdas), mampu berketahanan nasional, tangguh, digdaya, dan mandraguna.

Sayangnya, kita gagal memenuhi tuntutan-tuntutan budaya itu, kita tidak menggariskan strategi budaya. Kita lengah-budaya dengan menerima liberalisme dan kapitalisme. Kita terjerumus mengejar to have more, lupa mengejar to be more. Kita lengah, pembangunan nasional hanya mengejar "economic added value"., padahal pembangunan nasional harusnya mengejar pula "social-cultural added value" agar meraih to be more. Akibatnya kita lihat pembangunan nasional hanya menghasilkan GDP growth ( itupun cuma < 6% ).

Pembangunan harusnya mengutamakan 'daulat rakyat' bukan mengutamakan 'daulat pasar' -nya neoliberalisme dan kapitalisme. Sementara itu kita sebaliknya malahan kehilangan kedaulatan nasional; Kita tidak berdaulat dalam pangan, bibit, obat dasar, teknik industri, ekspor-impor, energi, teknologi, kelautan, pertahanan (mesiu), tataguna modal dasar (bumi/air/kekayaan alam), bahkan kita tidak berdaulat dalam legitasi. Bagaimana keterjajahan ini bisa terjadi ? lalu apa yang kita ajarkan di klas-klas fakultas ekonomi kita di Indonesia ?

Kita tidak Anti Asing (tidak Xenophobic), tetapi kita tidak boleh membiarkan dan harus menolak ekonomi asing mendominasi ekonomi nasional. Globalisasi kita hadapi, globalisasi bukan ajang penyerahan kedaulatan. Masyarakat Ekonomi Asean harus tetap merupakan forum kerjasama bukan forum persaingan, apalagi pengangkangan dan perampokan predatorik aset dan kepentingan nasional kita. Merdeka ! Salam , SES ". Demikian isi pesannya.

"Beberapa tahun yang lalu kita pernah menghadapi proxy war, Pengalaman demi pengalaman Indonesia harus siap, kalau kita kuat mereka akan keluar. Sebelum dia menghancurkan dan menguasai Indonesia dia cipta kondisi dulu, jika kita lemah mereka masuk," ujar Pangdam Jaya Mayjen Agus Sutomo, saat memberikan perkuliahan umum bagi para mahasiswa-mahasiswi di aula Universitas Bung Karno (UBK), Jakarta Pusat, Jumat (21/11) lalu.

Ide dan pemikiran bapak Jendral Gatot Nurmantyo (Kasad) pun terlah dituangkan dengan menulis buku “Peran Pemuda dalam menghadapi Proxy War” guna menyongsong masa depan Indonesia yang lebih baik dan mulai efektif dan efisien dalam memanfaatkan sumberdaya alam, dan memimpin NKRI berdaulat dan tetap terjaga pertahanan dan keamanan Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

“Jangan ragukan TNI untuk negeriku ini, kalau tidak percaya belah lah dada saya, dan lihat ada pancasila dan lambang Bhinneka Tunggal Ika. Kami rela menyerahkan nyawa kami demi negeri tercinta ini. Adek adek cepatlah lulus dari bangku kuliah, dan segeralah ambil alih pucuk pimpinan dari segala lini negeri ini. Belajarlah dengan baik. Tolong konsekuen dan konsisten, Sekarang masih semangat dan bila nanti memperoleh amanah mengelola negeri ini, jangan ragukan kami. Kami all out dibelakang adek adek untuk menjaga kehormatan negeri ini, ujar Pangdam Jaya Mayjen Agus Sutomo.

"Kedaulatan negara tegak lurus, NKRI utuh, seluruh rakyat, bangsan dan negara aman dari ancaman, dari dalam maupun luar negeri ini dari sabang sampai merauke. Doa saya dan harapan saya, adek adek konsisten. Adek adek sangat idealis dan sangat menghargai kehormatan negara ini. Kami mendukung sepenuhnya. Apakah kita akan berkelahi terus, sedangkan negara asing sudah persiapan dalam menghadapi MEA,” pungkas Pangdam Mayjen Agus Sutomo.(bhc/mnd)



 
   Berita Terkait > Proxy War
 
  Cengkraman Proxy War Selimuti Konfigurasi Pilres 2019
  Ancaman Nyata Ke Depan Bersifat Asimetris, Proxy dan Hibrida
  Panglima TNI: Proxy War Bisa Hancurkan Negara Tanpa Peluru
  Panglima TNI Ajak Seluruh Anak Bangsa Berjuang Demi NKRI
  Panglima TNI Ajak Komponen Bangsa Doa Bersama untuk Nusantara Bersatu
 
ads1

  Berita Utama
3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

Istana Dukung Kejagung Bersih-bersih di Pertamina: Akan Ada Kekagetan

Megawati Soekarnoputri: Kepala Daerah dari PDI Perjuangan Tunda Dulu Retreat di Magelang

 

ads2

  Berita Terkini
 
3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

10 Ribu Buruh Sritex Kena PHK, Mintarsih Ungkap Mental Masyarakat Terguncang

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2