JAKARTA (BeritaHUKUM.com) - Hingga H+5 atau Senin (5/9), suasana di Terminal Bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) Kalideres masih dipadati para pemudik yang baru tiba dari kampung halamannya masing-masing. Terhitung sejak Kamis (1/9) hingga Senin (5/9) tercatat, sekitar 40 ribu penumpang arus balik tiba di terminal yang terletak di wilayah Jakarta Barat tersebut.
Kepala Terminal Bus AKAP Kalideres, Hengki Sitorus mengungkapkan, kemungkinan besar jumlah penumpang arus balik yang tiba di Terminal Kalideres masih akan terus bertambah dalam beberapa hari ke depan, mengingat libur sekolah hingga saat ini belum berakhir. "Yang jelas jumlahnya masih akan terus bertambah hingga mendekati berakhirnya masa libur sekolah nanti," ujar Hengky, Senin (5/9).
Dikatakan Hengki, pada tahun sebelumnya, jumlah pemudik yang melalui Terminal Kalideres mencapai 50.741 orang. Saat arus balik jumlahnya meningkat menjadi 62.457 orang. Di tahun 2009, jumlah pemudik mencapai 62.876 orang dan saat arus balik kembali meningkat menjadi 74.700. "Selama beberapa tahun terakhir selalu terjadi peningkatan pada jumlah penumpang arus balik dibandingkan arus mudik," kata Hengki.
Hengki juga menyatakan, pihaknya belum bisa memprediksi jumlah penumpang arus balik yang akan tiba di Terminal Kalideres pada tahun ini. Sebab, dikatakan Hengki, ada tiga asumsi yakni, kemungkinan masyarakat yang akan kembali menggunakan bus sewaan yang diorganisir perusahaan tertentu, menggunakan pesawat atau pun menggunakan kendaraan pribadi. "Asumsi itu menyulitkan kami untuk bisa memprediksi jumlah penumpang arus balik yang akan tiba di terminal ini," paparnya.
Sementara itu, dari ribuan penumpang arus balik yang tiba di Terminal Kalideres, masih tampak sejumlah pemudik yang membawa serta sanak saudaranya ke Jakarta untuk mengadu nasib.
Lisnawati (45), salah seorang penumpang arus balik asal Palembang yang tiba di Terminal Kalideres mengatakan, dirinya sengaja membawa dua keponakannya agar dapat bekerja di ibu kota. Upaya itu terpaksa dilakukannya karena di kampung halamannya, kedua keponakannya itu tak kunjung memperoleh pekerjaan tetap.
"Memang ada imbauan agar tidak membawa sanak saudara, tapi mau bagaimana lagi, keponakan saya membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup anak dan istrinya di kampung," kata Lisnawati.(bjc/irw)
|