ACEH, Berita HUKUM - Sudah jatuh ketimpa tangga, itulah sebutan yang pantas bagi Putri (13Th) Siswi kelas II MTsN Model Banda Aceh, usai ditabrak Briptu MH (29T) dengan mobil dinas Polisi kini di jadikan tersangka. Peristiwa naas itu terjadi setahun lalu, tepatnya 4 November 2012 menyebabkan, tulang pinggulnya lepas dan kaki kirinya patah, saat ini justru Korban dijadikan tersangka.
Menurut Ibu kandungnya Mursyida (38Th), saat ditemui awak media ini di rumahnya Jalan Jamaah Lorong Sahabat, Gampong Beurawe, Banda Aceh, Selasa (6/11), mengatakan pada saat kejadian Putri bersama temannya dengan mengendarai sepeda motor jenis Suzuki Nex BL 3029 LAK pergi jalan jalan sore.
Saat keluar dari persimpangan Jalan Teungku Abdulsalam, Gampong Blang Oi, Banda Aceh, sepeda motornya disambar mobil operasional Polisi Nomor 112-29 yang dikendarai Briptu MH, dari Unit Satuan Lalu Lintas Polres Aceh Besar, dan sepeda motor yang saya kendarai terpental," ujar Putri.
Sehingga tubuh saya terbanting ke aspal yang menyebabkan tulang pinggang sebelah kirinya lepas, kaki kirinya patah. Menurut Diagnosa dokter menyebutkan kantong kemihnya juga bocor, pada awak media Putri menuturkan, "Saya tidak sadarkan diri lagi sehabis kejadian, teman saya cuma lecet-lecet," ujar Putri, didampingi ibunya Mursyida.
Menurut Mursyida, Putri kemudian menjalani operasi di RSU Fakinah Banda Aceh, malam itu juga usai menjalani operasi, kondisinya tak sempurna lagi, Putri masih belum bisa berjalan, kecuali dengan bantuan tongkat di ketiak kiri kanan, hingga saat ini, Putri masih sering mengeluh sakit di pinggang kiri dan perut.
Keluarganya sempat membawa Putri ke Rumah Sakit di Medan (Sumatera Utara), namun kondisinya tak kunjung membaik, Keluarganya juga sempat membawa Putri ke Rumah sakit di pulau Penang (Malaysia), pada Agustus lalu, namun kesembuhan bagi Putri harus menunggu waktu.
"Namun keluarganya saat ini merasa resah dengan surat pemanggilan dari Polresta Banda Aceh yang menyebutnya sebagai tersangka, Putri sudah 2 kali mendapat surat panggilan pemeriksaan tersebut, pertama pada 24 Juli dan 5 Oktober.
Dalam surat panggilan itu disebutkan Putri dijerat Pasal 310 ayat 1 dan 2 Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas, namun pemanggilan tersebut belum pernah diindahkan Putri, sehingga dalam surat pemberitahuan selanjutnya penyidik menyebutkan kasus ini belum bisa dilimpahkan ke penuntut umum, karena tersangka belum memberi keterangan.
Dengan surat panggilan kedua itu, keluarga korban yang merencanakan membawa Putri menjalani operasi kedua ke RS Penang, terpaksa dibatalkan. Kami belum berani bawa karena ada surat pemanggilan itu," sebut Mursyida.(bhc/kar)
|