JAKARTA, Berita HUKUM - Rencana Pemerintah Republik Indonesia membangun listrik tenaga nuklir (PLTN) sudah menjadi polemik dan dipersoalkan baik oleh individu, dan kelompok masyarakat pemerhati lingkungan yang tidak setuju atau anti nuklir, karena masih banyak energi alternatif yang lebih ramah lingkungan seperti dengan energi solar panel atau energi surya matahari, Air, energi angin, Biofuel, Biomassa, Panas Bumi, Gelombang Laut dan Pasang Surut yang dapat di manfaatkan.
Batan adalah lembaga pemerintah non Kementerian yang memiliki tugas melaksanakan tugas Pemerintah di bidang penelitian, pengembangan, pedayagunaan Iptek nuklir sesuai peratusan ketentuan undang-undang yang berlaku, maksud dan tujuan Batan menjelaskan terkait pengembangan energi nuklir untuk mengedukasi masyarakat terhadap kondisi energi bangsa Indonesia, dan solusi agar krisis energi yang terjadi dapat diatasi serta tercapai kemandirian energi sebagai wujud cita-cita bersama dan masa depan generasi bangsa.
"Batan telah melakukan studi kelayakannya dari sisi teknis dan tekhnologi, dimana Ketika studi kelayakan (contoh: bangka belitung). Tujuan studi (riset) mencaritahu apakah jika nanti ada PLTN disana akan tahan gempa atau tidak, ada tsunami atau tidak, atau potensi-potensi termasuk adanya gangguan keamanan. Selain itu dari sisi Keberterimaan dari sisi kemasyarakatan atau tidak," ujar Djarot Sulistio Wisnubroto, yang merupakan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), dan perlu diketahui juga, beliau merupakan Ahli rekayasa nuklir lulusan Universitas Tokyo, Jepang, tahun 1993.
Batan mensosialisasikan dengan melalui dengan organisasi independen yang setiap tahun dilelangkan. "Setiap hari naik, dimana pada tahun 2011 dibawah 40% saja, tapi pada bulan Oktober hingga November meningkat menjadi 72%. Kita ukur dari sisi tekhnologi dan keberpihakan masyarakat," jelas Djarot Sulistio, ketika diwawancarai para wartawan di daerah kawasan sekitar Mampang, Jakarta Selatan pada, Selasa (16/6).
Pihak yang anti nuklir mengemukakan bahwa, sebenarnya masih ada solusi yang dapat dipilih untuk memenuhi kebutuhan listrik bangsa Indonesia, (penggunaan batu bara, solar panel, angin, arus laut, dan biodiesel). Anggapannya menggunakan energi terbarukan tersebut lebih ramah lingkungan dan murah. Masalah lain yang dipersoalkan adalah rencana pembangunan Reaktor Daya Eksperimental (RDE) yang digagas Batan.
"Disamping itu diharapkan masyarakat bisa menerima. Ini loh energi listrik tenaga Nuklir, RDE dapat dijadikan contoh (master plan) untuk kepulauan daerah lain yang membutuhkan dengan daya (10 hingga 30 x lipat) di daerah yang membutuhkan listrik," Imbuh Djarot Sulistyo.
Tidak semua masyarakat anti Nuklir, Nuklir sudah dimanfaatkan, (termasuk sinar X-Ray) saja itu termasuk dalam Radioaktif.
Jika dimanfaatkan secara berlebihan dan tanpa pengawasana sudah tentu berbahaya, kedepannya pemerintah membangun PLTN Batan, maupun Daerah perlu diperkuat infrastruktur, seperti: rumah sakit, sekolah, dan lain-lain.
"kita memang mau membangun agar bermanfaat dan untuk kenyamanan masyarakat setempat. Batan juga mencoba ke stakehoulder (kepentingan pemerintah lainnya) jangan hanya Batan saja. Namun kalau bisa menjadi Program Nasional (bersama-sama)," jelasnya.(bh/mnd) |