JAKARTA, Berita HUKUM - Kegiatan dengan skala besar dan diikuti oleh peserta dengan jumlah yang besar, terlebih dalam tahun politik sekarang ini diduga memiliki tujuan yang mengarah pada kepentingan politik walau tidak tampak secara nyata.
Demikian dikatakan peneliti Institut Demokrasi Republikan, Subairi Muzakki, dalam diskusi bertema 'Reuni Akbar Alumni 212: Melacak Motif, Menimbang Implikasi' di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (16/11).
"Ada banyak tujuan (dari Reuni Akbar Alumni 212), yang salah satunya politik," tuding Subairi.
Subairi menyebutkan terdapat banyak faktor yang mengindikasikan sebuah kegiatan besar pada momen jelang Pemilu 2019, memiliki keterkaitan dengan politik.
"Kata Novel ini reuni 212 tidak ada muatan politik, walaupun nanti ada salah satu capres-cawapres (calon presiden dan calon wakil presiden) yang akan datang," kata dia.
Subairi mengatakan, dugaan adanya motif politik dalam perhelatan Reuni Akbar Persaudaraan Alumni (PA) 212, salah satunya ditandai dengan posisi Ketua PA 212 Slamet Maarif yang juga merupakan Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Capres-Cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
"(Reuni) ini menguntungkan pihak Prabowo. Itu diakui oleh Novel, kalau tidak salah, salah satu maksud tersembunyi untuk mendukung Prabowo. Karena 212 sejak awal ingin menurunkan Jokowi yang mendukung para penista agama, terutama Ahok. Siapapun musuh Jokowi akan dia dukung, kebetulan saat ini Prabowo-Sandi," pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, Persaudaraan Alumni (PA) 212 berencana mengadakan reuni akbar di Monumen Nasional (Monas) Jakarta pada Minggu 2 Desember 2018 mendatang. Rencananya reuni akbar ini akan diisi dengan tausiyah dari Imam Besar Front Pembela Islam Rizieq Shihab, kemudian zikir yang akan dipimpin oleh Ustadz Muhammad Arifin Ilham serta memperingati Maulid Nabi serta rencananya bakal mengibarkan bendera aneka warna bertulis kalimat tauhid..(bh/mos) |