Rusia Rusia Berjanji Tanggapi Pengusiran 35 Diplomatnya dari AS 2016-12-31 16:19:26
Ilustrasi. Pertemuan Obama dan Putin. Para diplomat Rusia harus angkat kaki dari AS hari Minggu ini.(Foto: Istimewa)
RUSIA, Berita HUKUM - Rusia berjanji untuk menanggapi pengusiran 35 diplomatnya dari Washington menyusul sengketa tuduhan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden Amerika Serikat lalu.
Juru bicara Presiden Vladimir Putin mengatakan tanggapan Kremlin atas aksi pengusiran itu akan menyebabkan AS "sangat tidak nyaman."
"Tidak diragukan lagi, reaksi sepadan berdasarkan prinsip timbal balik akan membuat AS sangat tidak nyaman," kata Dmitry Peskov, jubir Presiden Vladimir Putin.
Namun demikian, dia mengisyaratkan bahwa Rusia kemungkinan akan menunggu hingga Donald Trump, yang mengecilkan klaim peretasan intelijen Rusia atas pemilu AS, resmi menjadi presiden.
Rusia sendiri membantah tuduhan bahwa mereka mencampuri hasil pemilu AS dan menolak tuduhan pihaknya menakut-nakuti para pejabat Amerika di Moskow.
Kamis lalu, Kementerian luar negeri AS menyatakan 35 diplomat Rusia yang bekerja di Kedutaan Besar di Washington DC dan Konsulat Jenderal di San Francisco dinyatakan sebagai "persona non grata" atau orang-orang yang tidak diinginkan.
Mereka bersama keluarga mereka diberi waktu 72 jam untuk meninggalkan wilayah Amerika Serikat.
Dua kompleks Rusia di Maryland dan New York, yang disebut para pejabat Amerika sebagai tempat pengumpulan informasi intelijen, juga ditutup.
Campuri Pemilu AS Image copyrightREUTERSImage caption
Obama bertemu Putin pada sebuah acara PBB di New York, 2015.
Presiden Barack Obama sebelumnya telah berjanji akan melakukan tindakan terhadap Rusia menyusul tuduhan AS bahwa intelijen negara itu meretas Partai Demokrat dan kampanye Hillary Clinton saat pemilu lalu.
Secara terpisah, Kedutaan Rusia di Inggris melalui akun tweteer resminya menggambarkan sosok Presiden Obama sebagai anak bebek yang lemah.
Badan intelijen AS, termasuk FBI dan CIA, telah menyimpulkan bahwa tujuan dari peretasan pihak Rusia itu agar Clinton kalah dalam pilpres AS lalu.
Donald Trump sendiri mengecam intelijen AS yang menyebut peretas Rusia membantu mengarahkan pemilihan presiden untuk keuntungannya. Trump menuding kesimpulan itu konyol dan bermotivasi politik.
Sementara, Presiden Amerika Serikat Barack Obama memerintahkan pengusiran 35 diplomat Rusia sebagai balasan atas tindakan menakut-nakuti terhadap para pejabat Amerika di Moskow dan operasi maya dalam pemilihan presiden Amerika.
Presiden Obama menyebut pengusiran ini sebagai balasan yang tepat dan perlu atas usaha-usaha untuk mengganggu kepentingan Amerika.
Moskow membantah semua tudingan Amerika. Seorang juru bicara pemerintah Rusia mengatakan sanksi yang diterapkan Amerika itu tidak sesuai dengan hukum.
Dua kompleks Rusia di Maryland dan New York, yang disebut para pejabat Amerika sebagai tempat pengumpulan informasi intelijen, juga ditutup.
Ditambahkan oleh Obama bahwa tindakan balasan lain akan ditempuh, tidak semuanya diumumkan.
Presiden yang masa jabatannya hampir habis itu juga mengumumkan Amerika akan membuka informasi teknis yang berkaitan dengan peretasan Rusia.
Tujuannya, menurut Obama, adalah untuk membantu pihak-pihak berwenang di Amerika serta di negara-negara lain dalam mengindentifikasi, melacak dan kemudian menggagalkan kampanye global Rusia dalam aktivitas maya yang jahat.
Sebelumnya, presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump menampik kemungkinan negaranya akan melakukan balasan atas dugaan Rusia mencampuri pemilihan presiden yang dimenangkan olehnya.(BBC/bh/sya)
PT. Zafa Mediatama Indonesia Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359 info@beritahukum.com