Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Opini Hukum    
Pancasila
Salam dari Madura Teruntuk Prof Mahfud MD
2018-06-03 16:29:29
 

Ilustrasi. Prof Dr Mahfud MD sebagai Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).(Foto: dok.BH)
 
Oleh: M Siryi Zamil

SELAMAT BUAT Prof. Mahfud MD yang telah menerima jabatan megah, sebagai bagian dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), dengan gaji sekecil Rp.100 juta. Gaji kecil menurut Prof. Mahfud, tapi tidak bagi kami, rakyatmu, yang sedang bingung mencari pekerjaan, bahkan harus mengungsi ke negeri seberang.
.
Prof...

Salam sejahtera buatmu, yang saat ini sedang duduk manis menikmati teduhnya kantor baru, BPIP. Kami yakin kantormu sangat tenang dan nyaman, karena dilengkapi sarana yang mewah meruah. Kursimu empuk, beroda, dapat diputar-putar, pasti nyaman untuk ongkang -ongkang kaki saat mendudukinya. Tapi kami tidak tau bagaimana dan seperti apa kerjaanmu. Dengan gaji setinggi itu, pasti kerjaanmu sangat melelahkan, menguras tenaga dan pikiran. Bayangkan saja, kami yang tiap hari, pergi pagi pulang sore, mencangkul dan membajak sawah di bawah terik Matahari, penghasilan masih kurang memenuhi. Selamat buatmu Prof. Mahfud MD. !
.
Prof...

Aku yang menulis surat ini, asli kelahiran Sampang Madura, tempat kelahiran yang sama denganmu, Prof... Aku sejak kecil, waktu di Bangku SD, sangat mengagumimu, bangga dengan kehebatanmu, dan ingin sekali jadi sepertimu. Kata orang-orang, Prof. Mahfud adalah satu-satunya negarawan yang berasal dari Madura. Ya, kau adalah kebanggaan orang Madura. Tapi kali ini, Prof. Mahfud mulai berubah, tidak seperti dulu lagi. Dulu Prof. Mahfud selalu bersama rakyat atau pro rakyat. Tapi sekarang tidak lagi sesuara dan tidak pula setindak dengan rakyat. Jika dulu kau sering kritik sistem dan pengusa Indonesia, tapi sekarang sebaliknya, kau musuhi rakyat, kau tuduhkan yang tidak baik terhadap rakyat. Apa yang sedang terjadi denganmu, Prof ...
.
Prof ...

Saat ini kau sedang disoroti rakyat tentang jabatan barumu sejak sepekan lalu, terkhusus tentang gajimu yang sedemikian besar, namun kau anggap kecil. Menurut kami gaji anggota BPIP itu di luar kewajaran lantaran jumlahnya terlalu tinggi di tengah-tengah melemahnya ekonomi negara kita, dan itu tak sesuai dengan beban kerja anggota badan. Kami berani mengatakan bahwa praktik kebijakan seperti itu tidak Pancasilais, mengingat kondisi kesenjangan rakyat yang luar biasa pada saat ini. Ayolah berpikir sejenak, Prof, tentang perekonomian negara kita yang semakin krisis...
.
Prof...

Perlu kau tau, bahwa praktik ini dilakukan di berbagai lembaga negara dengan mengalokasikan gaji, honorarium, dan remunerasi yang berlebihan sehingga menguras anggaran negara. Sumber pemborosan negara berasal dari praktik seperti ini. Ini namaya praktik pemborosan birokrasi, dan ini bahkan bisa lebih parah dibanding zaman Orde Baru, dibandingkan dengan kondisi ekonomi dan utang Indonesia yang tengah membengkak. Pada masa orde baru, jumlah APBN hanya sekitar Rp 60-70 triliun tetapi utang terkendali. Jumlah APBN sekarang tidak kurang dari Rp 2.000 triliun tetapi haus utang. Sebabnya tidak lain karena praktik pemborosan di birokrasi semacam BPIP dan lembaga-lembaga negara lainnya...
.
Prof...

Jika kau menjadi anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, untuk membina rakyat menjadi pancasilais, dengan gaji sedemikian tinggi, kami juga bisa mengajarkan anak-anak kami untuk mencintai Indonesia dan berpancasila tanpa mau menerima gaji sepeser pun. Ayolah, cintailah Indonesia. Katakan kepada segenap atasanmu juga teman sejajaranmu untuk mencintai indonesia tanpa pamrih. Gajimu setinggi itu malah dapat membuat Indonesia krisis dan sakit. Itu jelas bukan tindakan cinta tanah air, dan buka pula tindakan pancasilais.

Sekali lagi kami tegaskan bahwa jika praktek pemborosan seperti ini terus dilakukan, maka birokrasi akan memakan negara, pasak memakan tiang. Memang tidak ada hubungan langsung yang signifikan antara gaji Rp 112 juta dan utang yang besar. Tetapi praktik kolektif "empire builders'' seperti ini akan menguras anggaran negara secara boros dan tidak produktif.
.

Terakhir ...

Salam buat Prof. Mahfud MD dari rakyat Madura, Sampaikan kepada atasanmu dan jajaran kerjamu, bahwa di tengah sulitnya lapangan kerja seperti sekarang kami tidak suka dan merasa tersinggung dengan gaji selangitmu...

SEKIAN !


Penulis adalah Santri kelahiran Sampang Madura yang kini tinggal di Jember.dan kuliah di University of Jember.(fb/wa/bh/mnd)



 
   Berita Terkait > Pancasila
 
  Pancasila Dilaksanakan, Jangan Diingkari
  Syarief Hasan Dukung Penuh Pancasila Masuk Kurikulum Pendidikan Nasional
  Menerima Pancasila Sebagai Dasar Negara Adalah Keputusan Strategis
  HNW: Pancasila Bukti Kedekatan Hubungan Antara Agama dan Negara
  Pancasila Hadir Karena Kenegarawanan Para Pendiri Bangsa
 
ads1

  Berita Utama
5 dari 6 Orang Terjaring OTT KPK Ditetapkan Tersangka Kasus Proyek Jalan di Sumatera Utara

Pengurus Partai Ummat Yogyakarta Buang Kartu Anggota ke Tong Sampah

Kreditur Kondotel D'Luxor Bali Merasa Ditipu Developer PT MAS, Tuntut Kembalikan Uang

Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

 

ads2

  Berita Terkini
 
Psikiater Mintarsih Ungkap Kalau Pulau Dijual, Masyarakat akan Tambah Miskin

5 dari 6 Orang Terjaring OTT KPK Ditetapkan Tersangka Kasus Proyek Jalan di Sumatera Utara

Psikiater Mintarsih: Masyarakat Pertanyakan Sanksi Akibat Gaduh Soal 4 Pulau

Terbukti Bersalah, Mantan Pejabat MA Zarof Ricar Divonis 16 Tahun Penjara

Alexandre Rottie Buron 8 Tahun Terpidana Kasus Pencabulan Anak Ditangkap

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2