JAKARTA, Berita HUKUM - Dalam acara sarasehan budaya yang berlangsung di gedung Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (30/11) berlangsung sangat menarik dan banyak mengundang tawa dari semua orang yang menyaksikan. Acara berisi pesan moral dan sindiran terhadap proses carut marut penegakan hukum di Indonesia.
Busyro Muqoddas saat diberikan kesempatan oleh Moderator Emha Ainun Najib, mengatakan terkait kegiatan sarasehan ini sesungguhnya niat yang tulus dari Mabes Polri, Kajagung, dan KPK, yang tahun lalu kita laksanakan di Yogyakarta, niat baik itu kami olah dalam momentum hari anti korupsi 9 Desember yang akan datang, niat baik ini juga sudah disambut baik oleh Polri dan disediakan tempat yang baik pula.
Lanjutnya lagi, "Saya sampaikan bahwa niat kuat muncul dari keinginan yang jernih lalu akan meluluh lantakan yang lain, saya punya teman yang ahli membuat puisi, namun teman ini sudah lama tidak pernah buat puisi, teman saya ini anak Jogja, anak kost-kost'an dan keadaan kurang terawat. Saat itu ada wanita yang jatuh hati ke pada teman saya itu, itu gambaran saja bahwa segala sesuatu bisa terjadi, teman saya itu adalah Emha Ainun Najib," ujar Busyro.
Dijelaskan Busyro bahwa, Polri itu senior kami, kami baru 9 tahun berdiri sementara, Polri sudah cukup tua, karena adanya kekuatan niat, maka keinginan Pak Sutarman bisa terwujud dalam acara ini, semoga menjadi contoh dalam upaya penegakan hukum kedepan.
Hadir pula dalam sarasehan tersebut seorang perwakilan dari DPR RI, yang merupakan politisi PAN mengatakan, "Cak Nun, di sini saya menegaskan tidak akan ada perubahan UU KPK, kalau suasana penegakan Hukum seperti ini, KPK kasus Korlantas Monggo saja silahkan, Mabes Polri Monggo saja silahkan, KPK mempunyai tugas masing-masing. Kami segera akan membesarkan anggaran untuk semua penegak Hukum, Bangsa Indonesia itu yang bermasalah itu elitnya bukan rakyatnya."
Acara seperti ini adalah untuk kesanggupan luar biasa, walaupun orang nomor satu di setiap lembaga penegakan hukum, seperti Ketua MA, Kapolri, Jaksa Agung, tidak terlihat hadir dengan alasan berbeda-beda seperti Jaksa Agung yang dikabarkan sakit.
Deny Indrayana mengatakan, "Penegakan hukum dalam pemeberantasan korupsi, merupakan tugas sangat berat, kedepan bagi semua aparatur hukum bila yang dihadapi bentuknya dalam korupsi di bidang penegakan hukum dan bidang politik, sangat sulit untuk di tangani KPK," ujar Deny.
Wakapolri Komjen Nanan turut menyatakan bahwa, tidak boleh lagi Institusi di jadikan alat perlindungan bagi koruptor. Acara ini merupakan pertemuan budaya, ada masalah Simulator SIM, tetap terus berjalan tidak ada pengaruh sama sekali, jadi menggunakan hati yang paling dalam penegakan Hukum." Tegasnya.
Acara ini berakhir dengan bernyanyi bersama, membawakan lagu kebangsaan, dan lagu daerah, Lancang kuning, dan ketika Abraham Samad menyanyikan lagu angin mamiri, semua hadirin pun turut bernyanyi, hingga Wakapolri nampak berjoget.(bhc/put) |