JAKARTA, Berita HUKUM - Sembilan dari 12 Dekan di lingkungan UI mengirimkan mosi tidak percaya terhadap Gumilar dan meminta agar Menteri Pendidikan Kebudayaan Muhammad Nuh mengganti Gumilar dengan Pejabat Sementara Rektor sejak 1 Agustus ini.
Pada 31 Juli 2012, Gumilar memberhentikan tujuh Dekan dan Ketua program Pascasarjana. Pada hari itu juga para Dekan yang diberhentikan dan beberapa Dekan lainnya bersepakat untuk menyatakan sikap terhadap apa yang mereka gambarkan sebagai ‘gaya otoriter’ Gumilar.
Nada surat mosi tidak percaya yang dikirimkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu sangat keras. Kepada Menteri, para penandatangan mosi menyatakan bahwa Gumilar:
1. Sudah menganggu proses belajar mengajar di Universitas Indonesia khususnya dalam penetapan kelulusan dan penandatanganan ijazah.
2. Sudah banyak meresahkan dengan gaya kepemimpinan yang otoriter dan tidak cocok untuk diterapkan di untuk Tidak dapat menciptakan hubungan kerja yang kondusif dengan para dekan.
3. Tidak dapat menjaga keutuhan dan kebersamaan seluruh warga UI dengan rencana Rektor UI mengganti 8 (delapan) dekan yang masih aktif tanpa alasan yang jelas.
4. Telah gagal mengelola Universitas Indonesia dengan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas.
Karena itu mereka menyatakan tidak lagi percaya pada kepemimpinan Gumilar R Somantri dan minta kepada Menteri untuk mengganti Gumilar R Somantri sebagai Rektor UI per tanggal 1 Agustus 2012 dengan Wakil Rektor Bidang I Universitas Indonesia sebagai Pj Rektor Universitas Indonesia.
Sembilan Dekan tersebut berasal dari: Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Komputer dan Fakultas Psikologi.
Tiga Fakultas yang tidak diwakili adalah: Fakultas Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Ekonomi (yang pimpinannya diisi Pejabat Pelaksana Harian) dan Fakultas Hukum (yang pimpinannya diisi Pejabat Pelaksana Harian) .
Perlawanan kolektif ini menunjukkan secara jelas ketiadaan keabsahan kepemipinan Gumilar sebagai Rektor UI. Dengan memecat para dekan yang dianggap sudah tidak loyal, Gumilar mungkin merasa ingin menunjukkan kekuasaan. Tapi yang terjadi sebaliknya.
Upaya Gumilar membersihkan lawan-lawannya dimulai awal Juli ketika ia memberhentikan Ratna Sitompul sebagai Dekan Fakultas Kedokteran. Keputusannya itu mendapat rekasi keras. Badan Eksekutif Mahasiswa, Dewan Guru Besar, Senat Akademik Universitas, Tim Transisi dan Majelis Wali Amanat menegur Gumilar. Calon pejabat sementara yang ditunjuk untuk menggantikan Ratna pun penolak mengisi kursi panas itu.
Alih-alih bersikap kooperatif, Gumilar kini kembali memberhentikan tujuh dekan dan ketua program. Nama-nama mereka adalah: Dekan Fakultas Ilmu Budaya (Bambang Wibawarta), Dekan fakultas Teknik (Bambang Sugiarto), Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (Bambang Wispriyono), Dekan fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (Adi Basukriadi), Dekan fakultas Kedokteran Gigi (Bambang Irawan), Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan (Dewi Irawaty), Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Bambang Shergi Laksmono) dan Ketua Program Pascasarjana (Chandra Wijaya ).
Menurut Gumilar, para Dekan itu harus berhenti dan posisinya diisi oleh Pejabat Dekan yang akan diisi oleh Wakil Dekan.
Tak cukup hanya memberhentikan, Gumilar pun sebelumnya mengundang para Dekan itu untuk dimarahi dengan kata-kata kasar. Tanpa diketahuinya, maki-makiannya sempat direkam oleh salah seorang Dekan.
Pekan lalu, dalam rapat Senat Akademik Universitas yang dihadiri para Dekan, Gumilar memang mengeluarkan ancaman bahwa sebagai pimpinan ia akan membersihkan para bawahannya yang tidak bekerjasama.
Humas UI sendiri, seperti biasa, kali ini kembali menyebarkan kebohongannya.
Sebagaimana dikutip dalam detik.com (31/7), Kepala Kantor Kantor Komunikasi Siane Indirani menyatakan keputusan pemberhentian para Dekan itu bukan merupakan keputusan pribadi Rektor, melainkan juga karena adanya ‘intervensi Majelis Wali Amanat’. Menurut Siane, “Rektor melaksanakan permintaan MWA”.
Siane berbohong karena sebenarnya MWA tidak pernah meminta agar para Dekan tersebut diberhentikan saat ini. MWA sudah menetapkan pada Maret 2012 bahwa pergantian Dekan baru akan dilakukan oleh Rektor baru yang akan menjabat setelah proses pemilihan yang baru akan dimulai pertengahan Agustus ini. Akhir pekan lalu MWA juga menetapkan bahwa di setiap fakultas yang masa jabatan Dekannya sudah habis akan ada pergantian Dekan sesuai dengan prosedur pemilihan yang berlaku. Itu berarti pergantian Dekan seharusnya dilakukan dengan proses yang dimulai dari awal, dari penjaringan calon Dekan baru oleh Senat Akademik Fakultas yang akan menentukan calon terbaik untuk diajukan ke Rektor baru.seperti yang dirilis uibersih.org.
Berbeda dengan keterangan Siane, MWA tidak pernah meminta agar tujuh Dekan tersebut diberhentikan saat ini. Para Dekan tersebut memang sudah habis masa jabatannya, tapi MWA sendiri sudah memutuskan bahwa pengantiannya baru bisa dilakukan setelah ada Rektor baru terpilih.
Jadi, petualangan Gumilar nampaknya memang harus berakhir pahit. Ia dituntut diganti saat ini. Dan kalaupun ia nanti mengajukan diri sebagai calon Rektor, hampir pasti ia tak akan didukung oleh mereka yang masih berpikiran sehat.(uib/bhc/opn) |