PAKISTAN, Berita HUKUM - Setidaknya 44 orang tewas dan 100 orang terluka akibat serangan sekelompok militan terhadap sebuah sekolah polisi di kota Quetta, Pakistan. Para pejabat terkait menyebut, korban tewas terdiri dari para taruna dan penjaga.
Aparat Pakistan melancarkan sebuah operasi keamanan besar-besaran selama berjam-jam setelah para penyerang memasuki gedung dan melepaskan tembakan.
Menurut aparat, seluruh penyerang yang terdiri dari tiga militan yang mengenakan rompi bom, tewas.
Ratusan taruna dievakuasi dari Balochistan Polisi College saat tentara dikerahkan untuk menumpas para militan.
Tentara Pakistan dan paramiliter dari Korps Perbatasan mengambil bagian dalam operasi militer, yang menurut Menteri Dalam Negeri provinsi Balochistan, Mir Sarfaraz Ahmed Bugti, kini sudah berakhir.
Ia menyebutkan, dua militan disebutkan tewas setelah meledakkan rompi bom bunuh diri dan seorang tewas oleh pasukan keamanan.
Sebagian besar taruna tewas akibat ledakan bom bunuh diri, kata Mayor Jenderal Sher Afgan dari Korps Perbatasan.
Menurutnya, serangan itu dilakukan oleh sebuah faksi dari kelompok militan Lashker-e-Jhangvi dan bahwa para penyerang itu 'berkomunikasi dengan kelompok di Afghanistan. Sejauh ini tidak ada kelompok sejauh yang mengaku sebagai pelaku serangan Senin (24/10) malam itu.
"Para penyerang bergerak cepat menerobos memasuki gedung dan menembaki kami sehingga kami cepat berlari menuju atap dan melompat keluar dari tempok belakang untuk menyelamatkan hidup kami," kata seorang taruna peserta pelatihan kepada televisi Geo.
Sebelumnya pada hari itu, dua petugas bea cukai ditembak mati dan seorang lagi terluka parah di Surab, selatan Quetta.
Quetta, ibu kota provinsi Balochistan, berkali-kali menjadi sasaran serangan kelompok-kelompok separatis dan militan Islam.
Bulan Agustus lalu, 88 orang tewas dalam beberapa serangan bom terpisah yang menyasar sebuah rumah sakit dan para pengacara di Quetta.
Militer Pakistan melakukan operasi militer terhadap kaum militan di daerah adat yang bergolak dekat perbatasan Afghanistan.(BBC/bh/sya) |