WASHINGTON, Berita HUKUM - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama secara diam-diam menulis sepucuk surat kepada pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei. Isinya adalah permohonan untuk turut memerangi milisi Daulah Islamiyah di Irak dan Suriah.
Surat itu agaknya ditujukan untuk menopang kampanye melawan Daulah Islamiyah alias ISIS. Obama juga ingin mendorong pemimpin tertinggi agama Iran tersebut untuk mempertimbangkan kesepakatan nuklir.
Obama menekankan bahwa kerja sama menyangkut urusan Daulah Islamiyah bergantung kepada kesediaan Iran mencapai perjanjian komprehensif dengan pelbagai kekuatan dunia terkait masa depan program nuklir.
Surat yang dibuat pada pertengahan Oktober itu setidaknya menjadi korespondensi keempat dengan Ali Khamenei sejak ia menjabat pada 2009.
Melalui surat-menyurat itu, terlihat bagaimana Obama memandang Iran sebagai pihak penting dalam kampanye militer dan diplomatiknya untuk mendesak Daulah Islamiyah keluar dari kawasan pendudukannya.
Surat Obama pun berupaya meredakan keprihatinan Iran mengenai masa depan Presiden Suriah Bashar Assad, sekutu dekat Teheran. Terdapat bagian surat yang menyebutkan bahwa operasi militer AS di Suriah tidak menargetkan Assad atau pasukan keamanannya.
Presiden Obama dan para pejabat senior AS dalam beberapa hari terakhir telah menetapkan peluang kesepakatan dengan Iran sebesar 50-50. Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, siap untuk memulai perundingan langsung intensif perihal masalah nuklir dengan Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif.
“Terdapat sejumlah besar elite politik [Iran] yang meniti karier berkat [sikap] anti-Amerika,” ujar Obama dalam jumpa pers di Gedung Putih, Rabu, mengenai kepemimpinan Iran. “Masih belum jelas apakah mereka akan menyatakan kesepakatan.”
Terkait dengan sensitivitas diplomasi Iran, Gedung Putih tidak mengungkap surat Obama tersebut kepada para sekutunya di Timur Tengah—negara-negara seperti Israel, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Para pemimpin dari negara-negara tersebut telah menyuarakan keprihatinan bahwa AS mulai melemahkan tuntutan dalam pembicaraan nuklir dengan Teheran. Mereka cemas bahwa kesepakatan tersebut dapat memungkinkan Iran memiliki kapasitas menghasilkan senjata nuklir pada masa mendatang.
Para pemimpin Arab pun khawatir bahwa rekonsiliasi Washington dengan Teheran dapat berakibat buruk bagi kepentingan ekonomi dan keamanan mereka di Timur Tengah. Para pemimpin tersebut menuding bahwa AS telah menyembunyikan tali diplomatiknya dari mereka.(wsj/bhc/sya)
|