JAKARTA, Berita HUKUM - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fahri Hamzah tampak menanggapi pernyataan dari mantan Sekretaris Kabinet Dipo Alam.
Diberitakan TribunWow.com, hal itu tampak dari postingan akun Twitter Fahri Hamzah pada Kamis (10/5).
Awalnya, Dipo Alam menyinggung soal Pemilu Malaysia yang memenangkan partai oposisi, Mahathir Muhammad.
Diketahui, pada Pemilu kali ini, Mahatir Muhamad melawan petahana, Najib Razak.
Dipo Alam mengungkapkan jika selama ini, tidak ada satupun lembaga survey di Malaysia mengunggulkan Mahathir Muhammad.
Akan tetapi, hasil yang ke luar justru sebaliknya.
Di mana rakyat justru tak memilih Najib Razak untuk kembali memimpin Malaysia.
Oleh karena itu, Dipo Alam menyarankan agar hal ini menjadi renungan untuk sang petahana.
@dipoalam49: Tidak satupun lembaga survey di Malaysia yang mengunggulkan Pakatan Harapan Rakyat pimpinan Tun DR Mahatir Muhammad, tapi harapan di hati rakyat yg tulus memutuskan lain. Renungan utk Petahana.
Menanggai hal tersebut, Fahri Hamzah mengungkapkan pendapatnya jika koalisi pemerintah akan segera berguguran.
Tak hanya itu, Fahri Hamzah juga menyebut jika calon presiden alternatif akan segera muncul.
Postingan Fahri Hamzah :
@Fahrihamzah: Rasanya koalisi pemerintah akan segera berguguran dan calon presiden alternatif akan segera bermunculan.... #ArahBaruIndonesia
#KemenanganRakyatRI
Postingan Dipo Alam :
@dipoalam49: Terkait pemilu Malaysia, mantan perdana menteri Malaysia sekaligus pemimpin oposisi Mahathir Mohamad mencetak kemenangan bersejarah dalam pemilihan umum yang digelar pada Rabu (9/5/2018).
Komisi pemilihan umum menyatakan, koalisi oposisi yang dipimpin Mahathir telah memenangkan 115 kursi, atau di atas lebih dari cukup untuk memenangkan pemilu.
Calon perdana menteri Malaysia harus mengamankan minimal 112 kursi dari 222 kursi Parlemen.
Dengan hanya beberapa kursi yang tersisa untuk dihitung, hasil sementara menunjukkan oposisi Pakatan Harapan telah mendominasi hasil perhitungan suara.
Sejauh ini, koalisi pemerintah Barisan Nasional mencatatkan perolehan sebanyak 79 kursi, sementara Pakatan Harapan memenangkan 115 kursi.
Sementara itu, sebelumnya Fahri Hamzah sempat membuat analisis terkait bagaimana sang petahana, Jokon Widodo (Jokowi) bisa gagal nyapres dalam Pilpres 2019 mendatang.
Menurut Fahri Hamzah, hal itu bisa dilihat dari janji Jokowi yang tak ditepati hingga konflik Parpol pendukung.
Fahri Hamzah menyatakan jika Parpol pendukung Jokowi berebut mendapatkan nama untuk Pilpres 2019.
Fahri Hamzah pun mengatakan jika elektabilitas Jokowi yang menurun pasti akan membuat sang petahana semakin selektif dalam memilih cawapres.
Ia menyebut jika partai-partai politik pendukung Jokowi saat ini tengah berkonflik.
"Ijin Malam2 menulis kembali alasan ke-3 kenapa incumbent pak #JokowiGagalNyapres .
Alasan pertama karena kebanyakan #Janji2Jokowi yg tak ditepati dan yang ke-2 adalah karena ulah #RelawanJokowi yg bikin masalah.
Alasan ketiga adalah #KonflikParpol yang mendukung jokowi.
Sebab, tidak bisa dihindari fakta bahwa di atas kertas memang yang menjadi koalisi jokowi memang paling banyak.
Parpol yang masuk kabinet ada 7 dan tidak termasuk partai relawan.
Parpol pendukung jokowi ini sekarang sadar bahwa jika mau punya nama maka jual lah yang punya nama.
Dan sekarang incumbent adalah "merek dagang" yang paling terkenal bagi parpol sehingga apabila nama itu didekatkan maka parpol akan mendapatkan efek popularitas.
Saking berebut mendapatkan nama maka berebut pula menjadi partainya presiden.
Inilah yang kemudian menjadi awal konflik yang semakin tajam.
Konflik ini bisa memiliki efek negatif bagi presiden sehingga ditinggal dan lari ke lain hati. #JokowiGagalNyapres
Konflik ini sekarang ada di belakang layar dan sesekali muncul tanpa terasa.
Terutama di antara partai besar.
Sementara 3 partai yang paling agresif memanfaatkan presiden adalah partai kuning, partai biru dan merah baru....ada apa dengan partai merah? #JokowiGagalNyapres
Demikiankah faktanya.
Tapi apakah itu akan membuat presiden makin bayak pendukung atau malah todak dapat?
Saya mau Ambil contoh: Tengku Erry incumbent di Sumatera utara.
Awalnya dia paling banyak ke dukung tapi akhirnya gagal tidak dapat tiket.
Sekarang kita lanjutkan alasan ke-4 kenapa presiden incumbent #JokowiGagalNyapres adalah akibat terlalu banyak calon wakil presiden yang melamar.
Ini alasan dan situasi yang paling pelik di hadapan jokowi yang dapat membuatnya tak dapat tiket.
Dengan alasan itu, coba kita membaca secara teliti dinamikanya.
Mulai dari kepentingan internal partai sampai soal elektabilitas.
kali ini, dengan elektabilitas yang rendah jokowi akan semakin seleksi memilih cawapres tetapi gara2 itu malah dia Gak dapat tiket," tulis Fahri Hamzah, Senin (7/5). (TribunWow.com/LailatunNiqmah/bh/sya)
|