AZERBAIJAN, Berita HUKUM - Puluhan orang tewas dalam baku tembak antara tentara Azerbaijan dan Armenia di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh.
Pemerintah Armenia mengatakan sebanyak 18 serdadu etnik Armenia tewas dalam baku tembak, sedangkan pihak Azerbaijan mengaku 12 prajuritnya kehilangan nyawa.
Awal insiden sejauh ini masih simpang siur. Azerbaijan mengklaim tentara mereka dihujani artileri berkaliber besar, namun berhasil merebut dua bukit strategis serta sebuah desa.
Di sisi lain, pemerintah Armenia berkeras bahwa Azerbaijan telah melancarkan 'serangan besar-besaran' dengan sejumlah tank, artileri, dan helikopter.
Wartawan BBC, Khonul Khalilova, menyebut bahwa terdapat laporan korban sipil baik dari pemerintah Azerbaijan maupun dari pemerintah Armenia. Kementerian Pertahanan di Karabakh yang disokong Armenia, misalnya, melaporkan bocah 12 tahun dan dua anak lainnya meninggal dunia.
Sejumlah saksi mata mengatakan sejumlah orang dievakuasi dari beberapa desa dekat zona konflik. Bahkan, ada warga yang bersembunyi di ruang bawah tanah rumah mereka.
Juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin telah meminta gencatan senjata sesegera mungkin.
"Presiden Putin menyeru kepada semua pihak dalam konflik untuk melaksanakan gencatan senjata dan menahan diri guna mencegah timbulnya korban tambahan," kata Peskov.
Sengketa
Konflik sengketa wilayah Nagorno-Karabakh antara Azerbaijan dan Armenia memanas pada akhir 1980-an dan berkembang menjadi peperangan terbuka pada 1991 seiring dengan bubarnya Uni Soviet.
Akibat konflik tersebut, sedikitnya 30.000 orang meninggal dunia. Kemudian warga etnik Azeri di Karabakh, yang mencapai 25% dari total populasi, melarikan diri. Adapun warga etnik Armenia kabur dari Azerbaijan.
Berkat mediasi Rusia, kesepakatan gencatan senjata ditandatangani pada 1994 lalu. Konsekuensinya, meski wilayah Nagorno-Karabakh berada di Azerbaijan, namun secara administratif kawasan seluas 12.000 kilometer per segi itu dikendalikan warga etnik Armenia dengan sokongan militer dan keuangan dari pemerintah Armenia.
Kini, wilayah Nagorno-Karabakh dihuni sekitar 150.000 orang.
Sejak kesepakatan 1994, masih ada sesekali bentrokan kecil antara Azerbaijan dan Armenia di wilayah Nagorno-Karabah. Namun, ada kekhawatiran baku tembak kecil itu bisa berkembang menjadi perang besar.
Apalagi, Azerbaijan telah membeli persenjataan senilai sedikitnya US$4 miliar dari Rusia. Armenia, yang merupakan mitra strategis Rusia di kawasan Kaukasus, juga membeli persenjataan dari Rusia.(BBC/bh/sya) |