PALESTINA, Berita HUKUM - Untuk kepentingan pemeriksaan forensik, makam Yasser Arafat kini mulai dibongkar. Pembongkaran ini bukan tanpa alasan. Seperti ramai diberitakan, warga Palestina menginginkan penyelidikan internasional atas kematian mantan presiden Yasser Arafat, setelah penyelidikan menunjukkan kemungkinan ia telah diracun, Senin (26/11).
Catatan medis menyebutkan Arafat terserang stroke, tetapi Prancis mulai kembali menyelidiki penyebab kematiannya pada Agustus lalu, setelah para ahli di Swiss yang disewa oleh kru pembuat dokumenter menemukan adanya zat radioaktif pada barang-barang pribadi Arafat.
Jenazahnya, yang berada di Ramallah di Tepi Barat, akan diteliti oleh para ahli yang berasal dari Prancis, Swiss dan Rusia.
Masing-masing ahli akan mengambil sample dari jenazah Arafat, seperti disampaikan oleh mantan kepala intelejen Palestina Tawfik Tirawi kepada para wartawan.
Setiap tim, masing-masing akan memberikan analisis independen dari sample yang diambil, kata dia, dan jenazah akan kembali dimakamkan di hari yang sama dengan penghormatan militer.
Arafat, yang memimpin Organisasi Pembebasan Palestina PLO selama 35 tahun dan menjadi presiden pertama Pemerintahan Palestina pada 1996, dan jatuh sakit pada 2004 lalu.
Penyelidikan
Dua pekan kemudian dia diterbangkan ke rumah sakit militer Prancis di Paris, dan meninggal pada 11 November 2004 pada usia 75 tahun.
Istri mendiang Arafat, Suha, bermaksud melakukan uji post-mortem pada saat itu, tetapi kemudian meminta pertimbangan kepada Pemerintahan Palestina untuk mendapatkan ijin penggalian "untuk mengungkapkan kebenaran".
Banyak warga Palestina yang percaya bahwa Israel telah meracuni Arafat. Namun Israel membantah keterlibatan mereka dalam kematian Arafat.
Pada 2005 lalu, New York Times memberitakan salinan catatan medis Arafat, yang menyebutkan dia meninggal karena stroke akibat pendarahan yang disebabkan infekso yang tidak diketahui.
Para ahli independen yang meneliti kembali catatan itu mengatakan kepada koran tersebut bahwa kemungkinan Arafat tewas akibat Aids atau diracun.
Sebuah penyelidikan kasus pembunuhan Arafat dilakukan oleh Jaksa Perancis pada Agustus lalu, setelah sebuah investigasi yang dilakukan oleh TV al-Jazeera, yang bekerja sama dengan para ahli dari Institute of Radiation Physics (IRA) di University of Lausanne Swiss, menemukan adanya jejak zat polonium radioaktif di barang-barang pribadi Arafat, termasuk penutup kepala yang menjadi ciri khasnya, keffiyeh.
Polonium merupakan bahan dengan kandungan racun tinggi dan biasanya ditemukan di lingkungan militer dan sains.
Para ahli juga menyebutkan bahwa kadar poloniumnya 10 kali lebih tinggi, dan sebagian besar bukan berasal dari sumber alami.(dbs/bhc/opn) |