Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Nusantara    
Pemilu
Tutup Tahun 2022, Haedar Nashir Minta Tutup Buku Isu-Isu yang Membuat Pemilu Ngambang
2023-01-01 13:52:13
 

 
JAKARTA, Berita HUKUM - Menjelang tutup tahun 2022, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir berharap dalam konteks kebangsaan tentang Pemilihan Umum (Pemilu) harus diselenggarakan tepat waktu, dan menjadi Pemilu yang demokratis.


Secara tegas Haedar mengatakan supaya dilakukan 'tutup buku' isu-isu yang membuat Pemilu 'ngambang', sebaliknya menjelang tutup tahun 2022 ini harus ada kepastian politik sebab akan menciptakan stabilitas terganggu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pasalnya, penyelenggaraan Pemilu 2024 merupakan komitmen yang telah ditetapkan oleh negara, sekaligus rakyat sudah terkondisikan untuk menyambut pesta rakyat tersebut. Jadi semua pihak diharapkan untuk menutup buku isu-isu yang membuat waktu pelaksanaan Pemilu menjadi ngambang.

"Maka siapapun termasuk elite, warga bangsa, dan kelompok-kelompok kebangsaan jika kita memang ingin bangsa dan Negara ini bersatu, komitmen-komitmen yang resmi itu mari kita jaga bersama. Jadi Pemilu 2024 terlaksana sesuai jadwal dan hentikan berbagai macam pernyataan apalagi gerakan yang sifatnya spekulatif," harap Haedar.

Di acara Media Gathering Tutup Tahun 2022 yang diselenggarakan di Kantor PP Muhammadiyah Jl. Cik Ditiro, No 23. Kota Yogyakarta pada, Kamis (29/12) ini Haedar juga berharap sisa waktu sebelum tahun politik 2024 untuk melakukan pra kondisi, agar isu pembelahan politik tidak terjadi.

Pembelahan politik dari sisa Pemilu sebelumnya, kata Haedar, juga harus tutup buku dari semua pihak. Menurut Guru Besar Sosiologi ini, usaha meredam terjadinya pembelahan politik sebagaimana yang lalu, bisa dilakukan sejak tahun 2023. Dan itu harus dilakukan secara kolektif.

"Dinamika politik dalam perbedaan pilihan politik itu hal yang demokratis dan alamiah, tetapi pembelahan politik yang menjadikan institusi di tubuh bangsa dan Negara itu menjadi terbelah, seakan-akan Pemilu itu sebagai pertaruhan ideologi dan pertarungan berbagai kepentingan yang saling berhadap dan merusak kesatuan bangsa, kita kondisikan di pra agar itu tidak terjadi," ungkapnya.

Terkait dengan cara, dia menyebutkan supaya semua pihak untuk mulai memproduksi pernyataan dan isu yang berisi energi positif dalam kehidupan kebangsaan. Pemilu 2024 dan Indonesia ke depan tidak mengalami lagi pembelahan politik yang menghadap-hadapkan antar kekuatan bangsa.

"Maka kearifan elite di tubuh bangsa ini, mari kita produksi sikap dan pernyataan dan berbagai narasi, bahkan relasi justru kita menciptakan dinamika bangsa ini menciptakan dinamika politik tetap satu sama lain tetap toleran dalam perbedaan politik. Bahkan tidak jadi masalah siapapun yang berkontestasi," harap Haedar.

Lebih detail Haedar menyebutkan bahwa, produksi isu-isu dan pernyataan termasuk sikap yang berisi energi positif tidak perlu menunggu 2024, tetapi bisa dimulai pada 1 Januari 2023. Oleh karena itu dibutuhkan jiwa kenegarawanan dari semua pihak, lebih-lebih elite untuk menahan diri.

Rivalitas dalam Pemilu 2024 merupakan suatu yang wajar, apabila masih dalam koridor dan kondisi yang fair. Sehingga ketika siapapun yang menang semua bisa legowo, dan yang kalah juga tidak menjad jatuh diri.(muhammadiyah/bh/sya)



 
   Berita Terkait > Pemilu
 
  Usai Gugat ke MK, Mahfud MD dan Ari Yusuf Amir Adakan Pertemuan di Rumah Ketua MA?
  PKB soal AHY Sebut Hancur di Koalisi Anies: Salah Analisa, Kaget Masuk Kabinet
  Daftar Lengkap Perolehan Suara Partai Politik Pemilu 2024, Dan 10 Partai Tidak Lolos ke Senayan
  DPD RI Sepakat Bentuk Pansus Dugaan Kecurangan Pemilu 2024
  Nyaris Duel, Deddy Sitorus PDIP dan Noel Prabowo Mania saat Debat di TV Bahas Pemilu
 
ads1

  Berita Utama
Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

Istana Dukung Kejagung Bersih-bersih di Pertamina: Akan Ada Kekagetan

Megawati Soekarnoputri: Kepala Daerah dari PDI Perjuangan Tunda Dulu Retreat di Magelang

Usai Resmi Ditahan, Hasto Minta KPK Periksa Keluarga Jokowi

 

ads2

  Berita Terkini
 
BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

10 Ribu Buruh Sritex Kena PHK, Mintarsih Ungkap Mental Masyarakat Terguncang

Anak 'Crazy Rich' Alam Sutera Pelaku Penganiayaan, Sudah Tersangka Tapi Belum Ditahan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2