PERANCIS, Berita HUKUM - Twitter memberikan data yang akan membantu mengungkap identitas pengirim pesan rasis di jaringan Twitter di Perancis pada Oktober 2012.
Layanan mikroblog ini sebelumnya menjalani upaya hukum untuk menghindar dari keharusan menyerahkan data.
Namun, pada pertengahan Juni upaya tersebut kalah di persidangan akhir sehingga memaksa mereka mengungkapnya.
Tuntutan untuk mengungkap siapa yang berada di balik tweet rasis itu datang dari Persatuan Mahasiswa Yahudi (UEJF) di Prancis.
UEJF memperingatkan Twitter atas rangkaian tweet rasis pada akhir 2012 dan meminta mereka untuk menghapusnya karena pesan tersebut melanggar hukum Prancis yang melarang adanya hasutan kebencian rasial.
Rangkaian tweet tersebut akhirnya dihapus. Namun, UEJF dan empat organisasi anti rasisme meminta agar identitas pelaku diungkap.
Akhir sengketa
Twitter menolak permohonan tersebut, karenanya lima organisasi ini melakukan upaya hukum.
Pada Maret tahun ini UEJF juga menjalankan gugatan sebesar Pound 30 juta atau sekitar US$50 juta atas penolakan yang dilontarkan Twitter tersebut.
Penyerahan data ini menandai akhir sengketa antara Twitter dan lima kelompok itu, demikian ungkap Twitter dalam situs resminya.
Mereka mengatakan dua pihak setuju untuk bekerja sama untuk melawan rasisme dan antisemitisme di masa depan. Hal ini juga memungkinkan mereka menentukan sistem yang dapat memudahkan permintaan pengungkapan identitas pengguna yang memberikan pernyataan rasis.
Langkah terbaru Twitter menjadi "kemenangan besar" dalam memerangi rasisme, kata presiden UEJF Jonathan Hayoun dalam sebuah pernyataan.
"Perjanjian ini merupakan pengingat bahwa Anda tidak dapat melakukan apapun yang Anda inginkan di Internet," katanya.
"Twitter tidak akan lagi menjadi saluran untuk rasis dan anti-Yahudi di mana anonimitas mereka akan dilindungi".(bbc/bhc/opn) |