JAKARTA, Berita HUKUM - Univeritas Bung Karno (UBK) dan Kedubes Republik Bolivarian Venezuela menggelar konferensi untuk mengenang perjuangan mantan presiden Hugo Chavez yang meninggal dunia 3 (tiga) tahun lalu. Konferensi ini digelar di Aula Ir. Soekarno, Kampus UBK di Jalan Kimia, Jakarta, Kamis (17/3) siang.
Acara konferensi dihadiri pendiri UBK Rachmawati Soekarnoputri dan Dutabesar Republik Bolivarian Venezuela untuk RI, Gladys F. Urbaneja Duran. Kedua tokoh nasional dari Indonesia maupun Venezuela ini saling bertukar kekaguman dengan sosok pemimpin negaranya.
Rachmawati, putri Presiden RI Pertama Ir. Soekarno itu mengaku mengagumi mantan Presiden Venezuela, pimpinan revolusi Bolivar Chaves, orang mengetahui bahwa dia adalah salah satu pemimpin di kawasan Amerika Latin yang paling gigih dan konsisten melawan praktik-praktik neokolonialisme dan neoimperialisme negara-negara kapitalis.
"Perjuangan commander Chavez di dalam melawan neokolonialisme dan neoimperialisme sama dan sebangun dengan perjuangan Bung Karno," kata Rachmawati, di sela-sela pidato pembukaan acara dengan tema "Thought Force and Work of the Commander Hugo Chaves Frias" di aula Universitas Bung Karno, di Jakarta, Kamis (17/3).
Dalam acara itu, sebagai wujud penghormatan kedua negara, konferensi itu diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan dilanjutkan lagu kebangsaan Venezuela.
Lebih lanjut, Rachmawati menyebutkan, bentuk kebijakan Chavez mencakup politik, sosial, ekonomi yang berpihak pada rakyat Venezuela. Seperti menerapkan sistem yang dikenal dengan Bolivarian Mission membentuk Communal Council, membentuk koperasi yang dikelola kaum pekerja, menjalankan reformasi agraria dan menasionalisasi perusahaan-perusahaan minyak multinasional.
"Perjuangan yang ditempuh Hugo sejalan dengan Soekarno. Bung Karno mengajarkan agar setiap pemerintahan di sebuah negara merdeka dan berdaulat harus melaksanakan sistem politik ekonomi, budaya yang bebas dari pengaruh dan intervensi kepentingan asing, bebas dari praktek-praktek exploitation de L'homme par L'homme maupunexploitationde nation par nation," jelas Rachmawati.
Sementara itu, Dubes Venezuela, Duran juga mengaku kagum dengan tekad kuat Bung Karno dalam memperjuangkan terbentuknya persatuan di kalangan negara-negara yang baru Merdeka, pada era 1950an.
"Kami rasa, kami perlu belajar kembali dari Bung Karno cara menjalin persatuan di antara negara-negara yang kini menghadapi ancaman dari luar yang tak kecil," terang dia.
Dubes Duran melanjutkan, pemikiran anti neokolonialisme dan neoliberalisme atau nekolim dari Bung Karno masih relevan untuk digunakan dalam menghadapi peperangan modern.
"Bung Karno mengajarkan agar pemerintahan di sebuah merdeka dan berdaulat mengembangkan sistem politik, ekonomi dan budaya yang independen dan bebas dari kepentingan asing," ujarnya.
Selain itu, menurut Wakil Rektor UBK bidang Kerjasama Antar Lembaga, Teguh Santosa, dalam keterangan singkatnya, selain digelar untuk mengenang perjuangan Hugo Chaves, dalam konferensi itu juga akan dibahas gagasan kerjasama stragetis di kalangan negara berkembang yang berkeadilan dan saling menguntungkan tanpa penindasan.
Hugo Chavez adalah presiden Venezuela untuk periode 1999 hingga 2013. Saat berkuasa Chavez sempat menasionalisasi perusahaan-perusahaan tambang asing yang mengeruk kekayaan alam Venezuela sejak lama.
Pada tahun 2012 Chavez menderita sakit dan meninggal dunia 5 Maret 2013.
Konferensi hari ini juga digelar untuk mengenang tiga tahun wafat Chavez.(bh/yun) |