BOGOR, Berita HUKUM - Badan Pendidikan dan Latihan (Badiklat) Kementerian Pertahanan menutup pelatihan kader bela negara. Pelatihan ini diikuti oleh 216 peserta dari kalangan pegiat organisasi masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang dilaksanakan sejak Kamis, 28 Juli 2016 sampai dengan Minggu, 31 Juli 2016, dilaksanakan di Rumpin Bogor.
"Mereka angkatan pertama untuk kalangan LSM dan ormas," ujar Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Kementerian Pertahanan Mayor Jenderal Hartind Asrin yang memimpin upacara penutupan di lapangan gedung diklat bela negara milik Kementerian Pertahanan di Rumpin Bogor, Minggu (31/7).
Kepala Badan Pendidikan dan Latihan (Kabadiklat) Kementerian Pertahanan, Mayor Jenderal TNI Hartind Asrin yakin dan optimistis akan kemampuan para kader bela negara khususnya dalam menangkal terorisme. Sebab mereka telah mengikuti pendidikan dan latihan sehingga akan mampu memberikan kontribusi bagi negara.
"Mereka di lapangan akan menjadi warga negara produktif, baik dan memberikan kontribusi. Ya memberikan informasi ke aparat keamanan tentang situasi," kata Mayjen TNI Hartind Asrin usai menutup Diklat Bela Negara dari LSM Barisan Patriot Bela Negara di Pusdiklat Bela Negara, Bogor.
Hartind mengatakan, para kader bela negara dari LSM itu sudah dibekali dengan ilmu intelijen dasar yaitu Badan Pengumpul Keterangan (Bapulket). Sehingga, menurutnya, para kader tersebut akan memiliki kepekaan dan melapor dengan cepat terkait situasi di sekitarnya.
"Cara melapor mereka sudah diajarin. Mereka sudah bisa membuat laporan Informasi. Mereka bisa kok bagaimana mencari A-1 A-2. Praktik mereka semuanya sama saya. Kebetulan pematerinya saya. Saya background intelijen. Hampir mereka sudah bisa semua," ujar Mayor Jenderal Hartind Asrin.
Hartind menyebut, para kader bela negara dari LSM yang baru saja mengikuti diklat itu akan menjadi salah satu ujung tombak dalam menangkal terorisme. Mereka, kata Hartind, akan bergerak untuk menggali informasi, membaca situasi dan melakukan pelaporan tanpa diketahui.
"Teroris kan nggak tahu kalau dia laporan. Dia kan dilatih sama saya bagaimana melihat situasi, bagaimana melaporkannya, siapa yang melakukan, dicatat semuanya sama dia. Sehingga kita sebagai aparat keamanan di wilayah akan mendapatkan informasi yang cepat untuk melakukan tindakan," kata perwira tinggi TNI AD lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1983 itu.
Selain dibekali ilmu intelijen dasar, kader bela negara itu juga diberikan ilmu bidang studi dasar berupa wawasan kebangsaan seperti Pancasila, UUD 1945 dan NKRI. Selain itu juga mereka diberikan pelajaran kepemimpinan wawasan bela negara.
Kemudian juga tentang perkembangan lingkungan strategis, nah Pokemon Go bagaimana, apa itu Pokemon Go, apakah itu berbahaya," ungkap jenderal bintang dua tersebut.
Kader Bela Negara itu, menurut Hartind juga diberikan materi sejarah bangsa dan bidang studi inti dimana mereka belajar tentang lima dasar bela negara. Di antaranya adalah tentang cinta Tanah Air, bagaimana rela berkorban serta sadar berbangsa dan bernegara.
"Kita ajarin bagaimana dia mengerti hukum positif mulai dari pidana, perdata, sampai kepada hukum adat dan juga etika. Yang keempat adalah yakin Pancasila sebagai dasar negara. Kita diskusi di kelas bagaimana mereka yakin Pancasila itu satu-satunya ideologi NKRI. Terakhir adalah mereka memiliki kemampuan dan kesiapan bela negara baik fisik maupun non-fisik," ujar mantan Kepala Puskom Publik Kemhan itu.
Hartind menambahkan, kader bela negara yang sudah dilatih Kementerian Pertahanan kini mencapai 2,7 juta orang. "Kami targetkan jadi 4 juta akhir 2016 ini, semoga terwujud. Saya sendiri ikut menyusun kurikulumnya," pungkasnya.(bh/yun) |