JAKARTA, Berita HUKUM - PDI-Perjuangan meminta NasDem, Hanura, dan Golkar jangan seperti pahlawan kesiangan terkait Pilgub DKI Jakarta. Dimana, seolah berjasa besar dalam pengusungan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menuju DKI 1.
Hal itu disampaikan langsung Politisi senior PDI-Perjuangan Eva Kusuma Sundari yang menilai, tindakan Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri adalah hal wajar, karena memberi jas merah ke Ahok di KPUD Jakarta, sebagai simbol dukungan PDIP.
Jadi, bila pun PDIP mengambil alih Tim Sukses pasangan Ahok-Djarot Saiful Hidayat bukan suatu keniscayaan, lantara PDIP sudah mengusung Ahok sejak tahun 2012 silam.
"Mohon diingat semuanya, PDIP adalah pengusung Ahok sejak 2012 hingga berakhirnya jabatan kelak. Dia meneruskan dan melaksanakan kebijakan-kebijakan Jokowi yang portofolionya disediakan PDIP," kata Eva saat dihubungi, Jumat (24/9).
Anggota Komisi XI DPR ini pun mengungkapkan, kalau sekarang elektabilitas Ahok tinggi jelang Pilgub DKI 2017 mendatang, hal itu dikarenakan peran PDI-Perjuangan.
"Ini jadi proses yang historis. Ini yang fair apalagi kemudian kursi PDIP terbanyak, harus ada keadilan dalam memotret fakta," tukasnya.
Sementara, Pengamat politik dari Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago memandang langkah Megawati Soekarnoputri memakaikan jas merah kepada Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam pendaftaran calon Gubernur DKI Jakarta merupakan sebuah bahasa politik.
"Ketika ibu Megawati memakaikan jas merah kepada Ahok, itu merupakan bahasa politik ibu Megawati sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan. Dia ingin menunjukkan PDI Perjuangan adalah partai pengusung utama Ahok-Djarot," kata Pangi dihubungi di Jakarta, Rabu.
Pangi mengatakan pesan yang sampai ke benak publik ketika jas merah dipasangkan langsung Megawati kepada Ahok adalah hegemoni dan pengaruh Megawati menenggelamkan dukungan partai lain. "Sekali lagi ini sinyal sekaligus pesan dari ibu Megawati, bahwa PDIP adalah partai utama pengusung Ahok-Djarot. Sementara Golkar, Hanura dan Nasdem hanya partai pelengkap dukungan," nilai dia.
Pangi menuturkan secara umum tidak mungkin ada "matahari kembar" atau dua partai dominan dalam pencalonan Ahok-Djarot. Sehingga dengan masuknya PDI Perjuangan, maka Hanura, Nasdem dan Golkar tenggelam.
"Ahok tanpa tandu PDIP adalah sebuah kartu mati. Ahok belakangan menyadari realitas tersebut, itu mengapa kemudian Ahok mencoba 'merayu' ibu Megawati dan akhirnya berhasil menaklukkan hati ibu Megawati," ujar dia.
Sedangkan, Jas tersebut tak lepas dari badan Ahok hingga ia meninggalkan kantor KPU DKI bersama Djarot dan Megawati.
"Ini bentuk penghargaan untuk ibu, supaya seragam, satu visi," ujar Ahok singkat menjelaskan pemakaian jas merah tersebut.
Singkat namun padat. Pernyataan Ahok menunjukkan penerimaan dirinya terhadap PDIP.(icl/teropongsenayan/republika/bh/sya) |