Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Politik    
Jokowi
Wakil Ketua MPR RI: Semua Menteri Harus Kompak Dibawah Komando Presiden
2021-08-01 13:51:49
 

Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Syarief Hasan.(Foto: Istimewa)
 
JAKARTA, Berita HUKUM - Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Syarief Hasan untuk kesekian kalinya mendorong Presiden Jokowi untuk melakukan evaluasi terhadap komunikasi dan pernyataan diantara para Menteri yang saling berbeda di hadapan publik. Pasalnya, para Menteri Kabinet Indonesia Maju seringkali mengeluarkan pernyataan yang kontraproduktif dan berbeda satu sama lain di tengah situasi sulit karena Pandemi Covid-19.

Sebelumnya antara Menko LBP dengan Menko Muhajir, kini terbaru, antara Menkopolhukam Mahfud MD dengan Menko LBP kembali memberikan pernyataan kontraproduktif pada Kamis (29/7/2021). Menko Polhukam Mahfud MD menyebut bahwa Pemerintah enggan meminta bantuan ke negara lain. Pernyataan ini bertolak belakang dengan pernyataan Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar yang menyebut Pemerintah telah meminta bantuan kepada negara-negara sahabat antara lain Singapura dan Cina.

Syarief Hasan menilai, pernyataan Menkopolhukam yang menyebut enggan meminta bantuan mungkin ingin menunjukkan bahwa Indonesia masih mampu mengatasi Covid-19 sekalipun kondisi negara sangat memprihatinkan dimana kondisi penanganan Covid-19 di Indonesia harus diakui bahwa kita kesulitan, baik fasilitas kesehatan antara lain rumah sakit, hingga penyediaan vaksin, ketersediaan obat-obatan yang mengakibatkan jumlah yang terinfeksi Covid-19 positivity rate semakin meningkat mencapai 25.07% jauh dari batas yg ditetapkan WHO maksimal 5.0%," ungkap Syarief Hasan.

Syarief Hasan juga menyebut, hubungan baik antara Indonesia dengan berbagai negara mesti dipupuk dengan baik. "Pemerintah harus menjaga hubungan baik dengan negara lain, khususnya negara yang telah membantu penanganan maupun vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Jangan sampai pernyataan-pernyataan yang kontraproduktif dan terkesan tidak butuh, membuat negara lain enggan membantu Indonesia di tengah situasi darurat Covid-19". Sementara Menko LBP menyatakan sudah minta bantuan negara-negara lain seperti China dan Singapura. Ini pun secara eksplisit menunjukkan bahwa memang diakui Indonesia tidak mampu dan perlu bantuan negara sahabat, apalagi semakin banyak negara-negara sahabat yang telah melarang WNI mengunjungi negara mereka bahkan ada negara yang melarang warganya berkunjung ke Indonesia.

"Setiap kebijakan yang akan ditempuh perlu koordinasi yang baik, tepat dan kompak. Mungkin sebaiknya Presiden Jokowi mengambil alih memimpin langsung penanganan pandemi Covid-19 mengingat pula saat ini belum ada tanda-tanda perbaikan atau melandai, bahkan diprediksikan Indonesia adalah negara terakhir yang bisa keluar dari krisis pandemi Covid-19", tegas Syarief.

Menurut Syarief Hasan, Indonesia akan semakin sulit keluar dari krisis Pandemi Covid-19 jika tidak melakukan evaluasi menyeluruh. "Berbagai kajian epidemologi menyebutkan bahwa Indonesia akan sulit keluar dari krisis jika kebijakan masih lebih banyak berkompromi dengan politik dan ekonomi, dibandingkan kesehatan dan diperparah kurang kompak dan efektifnya komunikasi pemerintahan", ungkap Syarief Hasan.

Berdasarkan data dari Satgas Penanganan Covid-19 menyebutkan bahwa kasus kematian harian akibat Covid-19 meroket pada Kamis (29/7/2021) yang mencapai 1.893 kasus kematian. Pada hari yang sama, Indonesia mencatat 43.479 kasus positif baru sehingga total kasus Covid-19 di Indonesia telah mencapai 3,33 juta orang dengan 90.552 kasus diantaranya meninggal dunia. "Kita harapkan Pemerintah semakin kompak dalam satu komando Presiden Jokowi dengan mengutamakan kesehatan Rakyat dan tentunya masyarakat akan semakin disiplin menjalankan kebijakan dan aturan-aturan Pemerintah dan pada akhirnya kita bersama bisa mengatasi pandemi Covid-19 ini", ungkap Syarief Hasan.(MPR/bh/sya)



 
   Berita Terkait > Jokowi
 
  Usai Resmi Ditahan, Hasto Minta KPK Periksa Keluarga Jokowi
  Jokowi Bereaksi Usai Connie Bakrie Sebut Nama Iriana,Terlibat Skandal Pejabat Negara?
  Eggi Sudjana Laporkan Jokowi soal Dugaan Ijazah Palsu,Tantang UGM Buka Suara
  PKS Minta Jokowi Lakukan Evaluasi, Tak Sekadar Minta Maaf
  PKB Sebut Selain Minta Maaf, Jokowi Juga Harus Sampaikan Pertanggungjawaban
 
ads1

  Berita Utama
Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

Istana Dukung Kejagung Bersih-bersih di Pertamina: Akan Ada Kekagetan

Megawati Soekarnoputri: Kepala Daerah dari PDI Perjuangan Tunda Dulu Retreat di Magelang

Usai Resmi Ditahan, Hasto Minta KPK Periksa Keluarga Jokowi

 

ads2

  Berita Terkini
 
BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

10 Ribu Buruh Sritex Kena PHK, Mintarsih Ungkap Mental Masyarakat Terguncang

Anak 'Crazy Rich' Alam Sutera Pelaku Penganiayaan, Sudah Tersangka Tapi Belum Ditahan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2