Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Nusantara    
Samarinda
Yurnalis Ngayoh dalam Kisah Puteri Junjung Buyah dan Lembu Suana
Tuesday 13 May 2014 18:25:32
 

Mantan Gubernur Kaltim Yurnalis Ngayoh.(Foto: BH/gaj)
 
SAMARINDA, Berita HUKUM - Mengenal lebih jauh kota Balikpapan yang saat ini terkenal dengan kota minyak, ratusan tahun yang lalu jauh sebelum berdirinya kota Balikpapan dan sebelum berdirinya Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, oleh masyarakat asli Kalimantan memberi nama "Tasik Bawo Ulookng" karena wilayah yang terkenal dengan kesuburan tanah serta keindahan alam, sehingga Maharaja Aji, Raja dari negeri bawo langi banuo usuk wari menamainya "Tanah Lingau" yang
berarti tanah subur yang menjanjikan harapan, sebut Yurnalis Ngayoh, mantan Gubernur Kaltim dari beberapa sumber pemangku adat di tanah Kalimantan dalam sambutannya selaku Pembantu Gubernur Kaltim dalam peringan 100 tahun kota Balikpapan di tahun 1997 silam.

Dikisahkan, ketika itu dari tanah yang tandus yang dibarengi dengan sering ada gangguan dari bajak laut dan serangan dari luar, sehingga Maharaja Aji memutuskan untuk pindah. Keinginan pindah terbuka tatkala seorang budaknya yang masih keturunan Wook atau Jin, yang menceritakan
keadaan wilayah Tasik Bawo Ulookng (Balikpapan) kepada Mahraja Aji dengan membawah contoh buah-buahan hasil tanamannya, jelas Yurnalis Ngayoh.

Ngayoh juga menuturkan bahwa dalam sejarah perjalanannya, sebelum pindah Raja meramalkan nasib dalam bahasa dayak "ketikaq" maka dibuatkanlah sebuah "Perahu Naga" sebelum berangkat dilaksanakan adat nabur penyampayatn atau menebar beras kuning, maka rombongan Aji
menyusuri sungai besar Mahakam yang dulu orang Dayak yang merupakan penduduk asli Kalimantan Timur menamainya Sunge Makapm Denaang Niaam, terang Ngayoh.

Perjalanan panjang yang melelahkan menyusuri aliran Sunge Makapm Denaang Niaam, sampailah Maharaja Aji dan rombongan tiba disuatu tempat yang diberi nama "Tanyyukng Lahukng", Maharaja Aji diterima oleh masyarakat setempat (ulutn tanah) dengan penuh persahabatan dan delapan hari delapan malam dibuatkan pesta pejamuan terhadap Maharaja dan rombongan juga disajikan tarian selamat datang (batuntuq), giring-giring, beliat bawo, beliaatn dadas. Maharaja menetap dan membuka lahan atas warganya dan berkembang menjadi sebuah kerajaan, "kemudian dikenal dengan nama Tanyukng Lahukng Jawaq Solay, Kutaq Tatau Maharaja Aji disingkat menjadi Kuta Aji," papar Yurnalis Ngayoh.

Setelah menetap dan mendiami negeri tersebut dan pada saat Aji dan warganya melakukan pembukaan lahan untuk bercocok tanam tatkala menebang sebatang pohon bambu kuning untuk tempat menampung air, muncullah seekor ular kecil yang sangat indah bentuk dan rupanya.

Ular tersebut dipersembahkan kepada Aji yang kemudian memeliharanya dengan kasih sayang, karena menurut adat ular sebagai nyahu (pembawa firasat) sehingga tidak boleh dibunuh atau dibuang, cerita Ngayoh.

Hari berganti hari bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, ular yang kecil yang indah rupah warnanya tersebut. Juga semakin besar. Awalnya ular yang kecil tersebut hanya disimpan dalam tempat sirih, kemudian dibuatkan tempat khusus dan dipeliara didalam rumah.

Dalam sejarah dikisahkan bahwa, "ular yang kecil tadi bertambah besar dan panjang kemudian menjelma menjadi seekor naga (Nagaq/Tambon), keadaan demikian bukan hanya membuat rasa takut terhadap masarakat di Kuta Aji saja, tetapi juga terhadap Aji dan Keluarganya," tambah Ngayoh.

Mantan Gubernur Kaltim yang juga putra kelahiran tanah Dayak di hulu sungai Mahakam juga menuturkan, suatu malam sang Aji bermimpi didatangi oleh seorang gadis belia yang cantik bagai puteri kayangan berkata, "Ayahanda dan Ibunda janganlah takut, kini anakda sudah besar karena itu sebaiknya anakda bisa turun kebawah,".

Paginya setelah berunding dengan keluarga dan beberapa penasihat raja dan Aji memutuskan untuk membuat tangga sebagai tempat turunnya naga. Namun setiap kali naga akan turun, tangga tersebut selalu putus, jelasnya.

Malam berikutnya kembali Aji bermimpi, dalam mimpinya, "sang Naga meminta dibuatkan tangga dari kayu lempung serta anak tangganya dari bambu kuning yang diikatkan dengan akar tengai. Paginya Aji membuat tangga sebagaimana disampaikan dalam mimpinya maka Nagapun turun langsung ke sungai. Dalam pesan mimpinya juga agar sang Aji dan istri mengikuti gerak naga hingga naga tersebut menyelam dan menghilang dimuara sungai mahakam," ujar Ngayoh.

Setelah tenggelamnya naga yang disaksikan oleh Aji dan ribuan masyarakat Kutai Aji timbullah gelombang disertai banyaknya buih dari dalam air kemudian tiba-tiba suara bergemuruh dengan keras, keluarlah sebuah gong dari dalam sungai yang didalamnya terbaring seorang bayi mungil yang bercahaya. Gong tersebut didorong oleh seekor naga yang keluar dari sungai yang seolah berdiri diatas seekor lembu yang berpijak pada sebuah batu, terang Ngayoh.

"Lembu itu berwujud aneh. Berbelalai seperti gajah, berbadan seperti kuda, bertaji dan bersayap seperti burung garuda, bertaring seperti macan, berekor seperti naga dan bersisik seperti ikan. Makhluk tersebut disebut dan dikenal hingga saat ini dengan nama LEMBU SUANA," yang juga menjadi ikon kota raja tenggarong hingga saat ini.

Setelah gong dan bayi tersebut diambil oleh Aji, maka NAGA dan LEMBU SUANA kembali lenyak kedasar sungai dan kembali keasalnya di "Tasik Jauq Jalaakng" pantai selatan kalimantan timur hingga saat ini dan sang bayi yang vcantik jelita tadi dari dalam gong hingga saat ini dikenal dengan nama Puteri Junjung Buyah, pungkas Ngayo.(bhc/gaj)



 
   Berita Terkait > Samarinda
 
  AORDA Kaltim Usulkan Daerah Khusus Istimewa Kutai Raya Menjadi Ibu Kota Negara
  Abdullah Bantah Proyek Gudang Arsip yang Diduga Fiktip di Kantor Dikdukcapil Samarinda
  Makmur Ajak Masyarakat Beri Pengabdian Terbaik Bagi 'Benua Etam'
  Pendapatan Daerah Sektor Pajak Menjanjikan dan Harus Digali dengan Optimal
  Puji Setyowati: Masyarakat Samarinda Dihimbau Bijak Gunakan Panggilan Darurat 112
 
ads1

  Berita Utama
3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

Istana Dukung Kejagung Bersih-bersih di Pertamina: Akan Ada Kekagetan

Megawati Soekarnoputri: Kepala Daerah dari PDI Perjuangan Tunda Dulu Retreat di Magelang

 

ads2

  Berita Terkini
 
3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

10 Ribu Buruh Sritex Kena PHK, Mintarsih Ungkap Mental Masyarakat Terguncang

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2