JAKARTA, Berita HUKUM - Kemampuan atau Kompetensi Konselor Adiksi sangat berperan dalam keberhasilan penanganan rehabilitasi pengguna narkoba. Kenyataannya para konselor adiksi bukan hanya blusukan melakukan kegiatan penjangkauan, tetapi juga pendampingan dan konseling dimana para konselor berinteraksi secara intens dan akrab dengan para pengguna narkoba.

Kondisi ini menjadi tantangan bagi para konselor adiksi agar terus meningkatkan kompetensinya sehingga dapat meningkatkan kualitas mereka. Peningkatan kompetensi para konselor diharapkan dapat pula meningkatkan kualitas lembaga rehabilitasi ditempatnya bekerja. Dengan demikian proses rehabilitasi para pengguna dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Sehubungan hal tersebut, maka BNN bekerja sama dengan Dewan Sertifikasi Konselor Adiksi Indonesia (DSKAI) dan instansi terkait melaksanakan pelatihan Peningkatan Kompetensi Konselor sesuai standar nasional yang ada.

Kegiatan Peningkatan Kompetensi Konselor Adiksi Komponen Masyarakat Regional 2 ini memakan waktu 6 (enam) hari yang telah dimulai sejak Senin tgl 3 sampai dengan Sabtu tgl 8 Maret 2014. Diikuti oleh 32 orang peserta dari berbagai Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat dan Instansi serta RS/Klinik Swasta dari berbagai daerah di Indonesia, terdiri dari 8 (delapan) orang petugas BNN, 5 (lima) orang dari BNN Kota serta 1 (satu) orang dari BNN Kabupaten, 3 (tiga) orang dari Rumah Sakit/Klinik Swasata, 14 (empat belas) orang dari Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat dan 1 (satu) orang dari FOKAN.

Para peserta terdiri dari berbagai disiplin ilmu yaitu dokter, dokter gigi, psikolog, perawat, bidan, sarjana kesehatan masyarakat, konselor, penyuluh dan pekerja sosial. Mereka ini memiliki kepedulian yang memang jadi salah satu pokok penting yang harus dimiliki oleh seorang konselor. Nara sumber adalah para ahli yang berkecimpung dalam penanganan rehabilitasi pengguna narkoba.

Pesan Deputi Bidang Rehabilitasi BNN dr. Diah Setia Utami, SpKJ, MARS pada saat pembukaan bahwa “agar para peserta serius mengikuti pelatihan dan usai kegiatan ini terus berupaya meningkatkan kemampuan/kompetensi, karena kita harus sadar ada tanggung jawab moral atas penyelenggaraan pelatihan ini yang berasal dari uang rakyat dan para konselor harus berusaha keras mengamalkan pengetahuan dan ketrampilan yang telah didapat. Selanjutnya dapat mendorong para pengguna untuk pulih dan menjadi pribadi yang lebih baik serta bertanggunga jawab sehingga merobah stigma yang ada pada masyarakat”.

Pada pembukaan, ketua panitia Kasubdit Non-Komunitas Terapeutik Direktorat PLRKM Deputi Rehabilitasi Kombes Pol. dr. Susanti Lengkong, Sp.Rad melaporkan bahwa sampai saat ini konselor adiksi di Indonesia berjumlah 415 orang. Kebutuhan konselor sesuai renstra Deputi Bidang Rehabilitasi pada tahun 2015 kira2 berjumlah 1.745 orang, maka baru memenuhi 23,7%. Untuk itu perlu upaya keras dan perekrutan baru agar dapat memenuhinya sehingga penanganan para pengguna narkoba dapat terlaksana dengan baik.

Dalam proses pelatihan para peserta bukan hanya dibekali pengetahuan adiksi, tetapi juga ketrampilan dan sikap untuk menjadi konselor profesional antara lain bagaimana cara melakukan penjangkauan, mengidentifikasi permasalahan penyalahguna narkotika, menyusun rencana terapi serta melakukan konseling baik kepada pengguna maupun kepada keluarganya.

Pada kesempatan ini, peserta juga harus mampu menggali potensi dari para pengguna sehingga seluruh modal atau kemampuan para pengguna dimanfaatkan dalam proses pemulihan mereka. Peserta secara berkelompok, berdiskusi bersama dan melakukan simulasi serta mempraktekkan studi kasus secara spesifik.

Selama mengikuti pelatihan ini, para peserta tampak serius dan bersemangat serta aktif bertanya-jawab padahal program berlangsung sangat padat sejak pagi jam 08.00 sampai sore bahkan beberapa hari berlangsung sampai malam jam 19.00.

Direktur PLRKM Deputi Rehabilitasi Brigjend Pol. dr. Budyo Prasetyo, SpKM pada acara penutupan berpesan, agar sesama peserta terus berhubungan sehingga dapat saling bertukar informasi dan pengalaman yang dapat memperdalam pengetahuan dan wawasannya. Juga agar sekembalinya ke daerah masing2, para peserta segera berkoordinasi dengan instansi terkait dan jejaring serta menjalin kerja sama yang baik sehingga dapat mengupayakan pelayanan rehabilitasi kepada para pengguna, sehingga angka penyalahgunaan narkoba dapat terus ditekan.(SL/bhc/rat)