JAKARTA, Berita HUKUM - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbang) Kementerian Pertanian (Kementan) meluncurkan dua produk hasil inovasi teknologi terbaru, yaitu pupuk hayati Agrofit dan biodekomposer AgroDeko1, Rabu (9/3) lalu di gedung Balitbang Kementan, Jakarta Selatan.
Kepala Balitbang Kementan, Dr. M. Syakir menyampaikan, pupuk hayati dan biodekomposer berpeluang meningkatkan provitas komoditas pertanian, yaitu di lahan optimal maupun di lahan sub optimal sehingga tujuan akhir yaitu tercapainya kedaulatan pangan.
"Hasil tanam dengan menggunakan kedua produk ini dapat mempercepat kesuburan tanah dan aplikasi AgroDeko1 itu sendiri telah diuji mampu mempercepat proses dekomposisi biomassa tanaman dengan menurunkan C/N dari 40-60 menjadi 15-20 dalam waktu 7-14 hari yang tanpa penambahan produk tersebut diperlukan waktu lebih dari 30 hari," papar Syakir.
Syakir menambahkan, akan pencapaian kedaulatan pangan, pihaknya melakukan dua pendekatan, yaitu intensifikasi atau mengadakan kerjasama bersama pihak lain melalui skema inovasi dan Iptek dan ekstensifikasi, yaitu mengoptimalkan luas lahan yang belum digunakan. Salah satunya perluasan areal tanam ke lahan sub optimal.
"Artinya, dalam dua pendekatan tersebut, kedua inovasi ini diterapkan gunameningkatkan kesehatan lahan sub optimal dan meningkatkan bahan organik tanah, maka kita memperkenalkan produk Agrofit dan Agrodeko1," ungkap Syakir.
Agrofit adalah pupuk hayati yang dikemas dalam bentuk serbuk yang mengandung gabungan beberapa bakteri yang ada di dalam jaringan tanaman. Sementara AgroDeko1 adalah mikroba yang berperan mempercepat dekomposisi bahan organik dari sisa-sisa tanaman menjadi kompos, sehingga dapat menyediakan unsur hara, memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kemampuan memegang air serta meningkatkan aktivitas biologi tanah.
Dalam akhir pemaparan peluncuran produk, pihak Balitbang Kementan menyampaikan, dari sekitar 8,2 juta lahan sawah, terdapat 3,15 juta hektar tergolong LSO, yaitu sekitar 1,05 juta ha termasuk lahan sawah rawa dan sekitar 2,1 juta ha lahan sawah tadah hujan. Secara keseluruhan luas LSO tersedia adalah sekitar 33,4 juta ha yang terdiri atas 25,8 juts ha lahan kering dan 7,6 juta ha lahan rawa.
Saat ini provitas padi sawah di ahan rawa adalah 2-3 ton GKG/ha dan lahan sawah tadah hujan 3-4 ton GKG/ha. Sementara itu, provitas rata-rata lahan sawah nasional lebih tinggi yaitu 5,3 ton GKG/ha, bahkan provitas padi sawah di lahan sawah intensif di pulau Jawa mencapai 12 ton GKG/ha.(bh/rar) |