JAKARTA, Berita HUKUM - Sekretaris Kabinet (Seskab) Dipo Alam menyatakan kabar yang dihembuskan The Australian menyangkut Ibu Negara Hj. Ani Bambang Yudhoyono tidak benar.
"Selama saya bekerja sabagai Sekretaris Kabinet, saya tidak pernah melihat atau tahu bahwa Ibu Ani SBY campur-campur urusan Kabinet," tulis Dipo Alam di Akun Twittternya, @dipoalam49 yang diunggahnya pada Minggu (15/12).
Seskab Dipo Alam mengatakan, semua info dari Wikileaks tidak bisa dipercaya akurasinya, bahkan bisa dianggap sama dengan berita sampah. “Saya sesalkan bila berita itu ditelan begitu saja,” kata Dipo.
Seperti diketahui, harian The Australian menyebutkan mendapat bocoran dari Wikileaks, pada 17 Oktober 2007, sebuah kawat diplomatik dikirim dari Kedutaan Australia di Jakarta kepada diplomat Amerika Serikat di Canberra dan CIA. Menurut bocoran itu, ada pemain yang menjadi penasehat penting bagi SBY. Orang tersebut bukan wakil presiden, bukan pula menteri dalam kabinet SBY, tapi istrinya sendiri, Ani Yudhoyono.
Bantahan Mensesneg
Sebelumnya Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Sudi Silalahi juga membantah pemberitaan The Australian yang bersumber dari bocoran Wikileaks itu. Saat dikonfirmasi sepulang dari mengikuti perjalanan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Jepang, Mensesneg langsung kaget.
"Saya disebut," ucap Sudi dengan mimik wajah kaget, saat ditemui wartawan di Bandara Halim Perdanakusuma, Minggu (15/12) kemarin.
Mensesneg memastikan kabar itu bohong. Dia menegaskan, masih punya kuasa di kabinet dan tidak merasa tersingkirkan oleh peran Ibu Ani Yudhoyono. "Tak benar itu, tak benar. Beliau kalau bicara kabinet tak pernah ikut," tegas Sudi Silalahi.
Mengenai bocoran Wikileaks lainnya yang menyebut bila Ibu Ani Yudhoyono berencana meneruskan dinasti politik dengan menyiapkan Agus Yudhoyono, Sudi Silalahi juga membantahnya. “Tak benar, sama sekali tak benar. Itu Agus dipersiapkan untuk long time oleh dirinya sendiri. Orang tuanya hanya mendidik,” kata Sudi.
Sementara Juru Bicara Presiden Julian Adrin Pasha menegaskan tudingan dalam dokumen diplomatik berstempel 'rahasia' itu tidak mendasar.
"Isu tersebut menurut kami tidak mendasar. Tidak ada dasarnya. Tidak berdasarkan sesuatu yang sifat formal atau secara hukum bisa dipertanggungjawabkan. Dari mana mereka dapatkan itu," kata Julian saat ditemui di Bandara Halim Perdanakusuma, Minggu (15/12) kemarin.
Julian kembali menegaskan, tidak sedikit pun Ani Yudhoyono menyetir kerja SBY terutama yang berkaitan dengan kabinet. Dia lantas meminta publik tak percaya begitu saja pada isi kawat diplomatik yang dibocorkan Wikileaks tersebut.
"Itu kan versi mereka, kalau saya bantah berarti tidak apa-apa toh. Tidak benar. Wikileaks tak jelas kredibilitasnya, bagaimana bisa dipercaya," katanya.
"Yang jelas penyadapan itu sendiri sudah ilegal dan tidak benar secara hukum. Apa dasarnya menyadap seseorang tidak pantas untuk melakukan seperti itu, iya kan," sambung Julian.
Apalagi, tambah Julian, kalau sampai dikaitkan dengan impian Bu Ani mempersiapkan putra sulungnya, Agus Harimurti untuk meramaikan Pilpres 2014 mendatang.
"Itu kan berarti sudah opini, sudah pandangan mereka. Masa saya harus tanggapi. Itu pembenaran terlalu ngawur, kalau Anda sendiri disadap, kan pasti nggak enak. Masa mereka nggak baca undang-undang kebebasan, atau bagaimana HAM seseorang," tegasnya.
Meski isu penyadapan Australia dan Indonesia terus berlanjut, Julian memastikan pemerintah belum berniat menarik Duta Besar Indonesia di sana. Dia memastikan hubungan negara sejauh ini masih cukup baik.
"Dubes tetap ada di situ. Saya sendiri melihatnya, bukan sesuatu yang harus ditanggapi karena menurut kami, itu bukan informasi A1. Saya kira tidak perlu ditanggapilah, isu-isu, tidak penting seperti itu," pungkas Julian.(WID/ES/skb/bhc/sya)
|