Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Nusantara    
Muhammadiyah
Bung Karno, Muhammadiyah dan Peran Kebangsaan
2019-12-10 05:53:06
 

 
JAKARTA, Berita HUKUM - Indonesia merupakan negara demokrasi yang menggunakan ideologi Pancasila dalam menjalankan kehidupan bernegara. Dewasa ini banyak kalangan yang kembali mempertanyakan kebeneran ideologi negara Indonesia dan sejarah kenapa ideologi tersebut bisa terbentuk, atas dasar apa, apakah ideologi Pancasila berasaskan Islam karena banyaknya tokoh ulama yang berperan dalam kemerdekaan.

Hal tersebut menjadi banyak pertanyaan rakyat Indonesia karena dirasa dengan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah saat ini semakin tidak mencerminkan nilai yang terkandung dalam Pancasila. Semakin banyak rakyat Indonesia yang tidak merasakan keadilan kebijakan pemerintah. Masih banyak daerah di Indonesia yang belum tersentuh oleh pemerintah. Ini yang seharusnya menjadi fokus pemerintah dalam menjaga keutuhan wilayah Indonesia.

Guna membuat masyarakat publik tercerahkan dengan mengetahui informasi sejarah ideologi bangsa Indonesia yang benar. Program Doktor Politik Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengadakan seminar tentang Kemuhammadiyahan dan Kebangsaan : Bung Karno, Api Islam dan Muhammadiyah. Acara ini menghadirkan tokoh yang ahli dalam bidangnya yaitu Prof. Ahmad Syafii Ma'arif, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah 1998-2005, Yudi Latief, Kepala UKP-PIP 2017-2018, Prof. Bambang Purwanto, Guru Besar FIB UGM, dan Zuly Qadir, Ketua Prodi Doktor Politik Islam-Ilmu Politik UMY.

Bambang Purwanto, menyampaikan bahwa demokrasi membuat pancasila berada pada titik terendah.

"Demokrasi merupakan hasil sistem pemerintahan barat dan merusak nilai nilai Pancasila," ungkapnya.

Sementara Yudi Latief, mengungkapkan bahwa dalam perjalanan Soekarno mencari ilmu tentang Islam, sangatlah berlika liku karena latar belakang keluarganya beragam. Ada yang kejawen, teosofi dan Islam hingga suatu saat Soekarno mengenal Muhammadiyah dan menjadi anggota Muhammadiyah.

"Bung Karno pernah mengucapkan kata-kata yang melegenda di kalangan Muhammadiyah "Sekali Muhammadiyah tetap Muhammadiyah". Kata kata ini bukan untuk Muhammadiyah saja, tapi juga untuk saya. Saya berharap kalau dibaca lagi nama-nama anggota Muhammadiyah yang 175.000 orang banyaknya, nama saya masih tercantum di dalamnya. Saya berharap nama saya tidak dicoret dari daftar keanggotaan Muhammadiyah," ungkapnya.

Yudi Latief kembali menambahkan, kemajuan suatu bangsa tanpa adanya dorongan spiritual agama itu sangatlah mustahil. "Kita lihat bangsa bangsa barat semangatnya melemah karena tidak mempunyai dorongan spiritual agama, karena hanya Islam yang mampu menjadikan ghiroh manusia menjadi membara," imbuhnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Zuly Qadir, yang memaparkan bahwa Soekarno pernah mengatakan umat Islam di Indonesia itu Sontoloyo.

"Mendengar pernyataan tersebut seakan akan Soekarno menghina umat Islam. Namun yang dimaksud Sontoloyo di sini adalah ditujukan kepada umat Islam yang tidak mau menyedekahkan hartanya untuk anak yatim, tidak mempunyai perhatian kepada orang miskin dan mereka yang merampas harta saudara sesama muslim sendiri," paparnya.

"Memahami Islam itu tidak hanya secara kontekstual saja akan tetapi juga ritual. Seperti yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan, jika kita lihat di dalam Al qur'an dan Hadits tidak ada perintah untuk membuat gerakan Islam, sekolah Islam, maupun rumah sakit Islam. Namun KH. Ahmad Dahlan membuat hal itu semua dan mempunyai manfaat yang sangat besar bagi umat Islam di Indonesia. Itu artinya beliau menerapkan Islam bukan secara kontekstual tetapi ritual," imbuhnya.(BHP UMY/Ads/muhammadiyah/bh/sya)




 
   Berita Terkait > Muhammadiyah
 
  Kalender Hijriah Global Tunggal: Lompatan Ijtihad Muhammadiyah
  Jusuf Kalla Sebut Pikiran Moderat Haedar Nashir Diperlukan Indonesia
  Tiga Hal yang Perlu Dipegang Penggerak Persyarikatan Setelah Muhammadiyah Berumur 111 Tahun
  106 Tahun Muhammadiyah Berdiri Tegak Tidak Berpolitik Praktis, Berpegang pada Khittah
  Siber Polri Tetapkan A.P Hasanuddin sebagai Tersangka Ujaran Kebencian terhadap Muhammadiyah
 
ads1

  Berita Utama
Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

Istana Dukung Kejagung Bersih-bersih di Pertamina: Akan Ada Kekagetan

Megawati Soekarnoputri: Kepala Daerah dari PDI Perjuangan Tunda Dulu Retreat di Magelang

Usai Resmi Ditahan, Hasto Minta KPK Periksa Keluarga Jokowi

 

ads2

  Berita Terkini
 
BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

10 Ribu Buruh Sritex Kena PHK, Mintarsih Ungkap Mental Masyarakat Terguncang

Anak 'Crazy Rich' Alam Sutera Pelaku Penganiayaan, Sudah Tersangka Tapi Belum Ditahan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2