Korea Utara Donald Trump Sebut Pertemuan dengan Kim Jong-un di Singapura Mungkin Batal 2018-05-23 11:13:20
AMERIKA SERIKAT, Berita HUKUM - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengatakan ada "kemungkinan sangat substansial" bahwa pertemuan bersejarah dengan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, dibatalkan.
Menurutnya, Korut harus memenuhi sejumlah ketentuan sebelum pertemuan bisa digelar.
"Kita lihat nanti. Ada beberapa kondisi tertentu yang kami inginkan dan saya pikir kami akan mendapatkannya. Jika tidak, maka tidak ada pertemuan," ujarnya.
Trump tidak menyebut secara rinci ketentuan apa yang dia maksud. Ketika ditanya seorang wartawan apakah Trump merujuk persenjataan Korut, dia mengatakan "denuklirisasi harus terjadi".
"Anda tidak pernah tahu soal kesepakatan. Anda bisa melangsungkan kesepakatan yang 100% pasti, tapi tidak jadi. Anda membuat kesepakatan yang tidak mungkin berhasil dan itu justru terjadi dan, kadang kala, terjadi dengan mudah," paparnya selagi menerima kunjungan Preside Korea Selatan, Moon Jae-in di Gedung Putih.
Trump semula dijadwalkan bertemu dengan Kim Jong-un di Singapura pada 12 Juni mendatang.
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan AS masih mengupayakan pertemuan tersebut. Dia menyanjung Cina yang menawarkan "bantuan bersejarah" dalam melancarkan tekanan ke Korut.
Semua bermula ketika Korsel menggelar latihan militer gabungan dengan AS.
Selanjutnya, Korut membatalkan pertemuan tingkat tinggi dengan Korsel seraya mengatakan latihan gabungan itu merupakan "provokasi" dan latihan untuk invasi. Hak atas fotoAFP/GETTY IMAGESImage captionKorsel dan AS setiap tahun menggelar latihan militer gabungan, begitu pula tahun ini.
Pyongyang lantas menuduh penasehat keamanan nasional AS, John Bolton, membuat "pernyataan sembrono" dengan mengatakan Korut bisa mengikuti "Model Libia" dalam menjalani denuklirisasi.
"Model Libia" merujuk pada mendiang pemimpin Libia, Moamar Khadafi, yang sepakat menyerahkan semua senjata nuklir pada 2003 dan belakangan dibunuh kubu pemberontak sokongan Barat.
Trump belakangan membantah AS akan mengikuti model tersebut jika kesepakatan dengan Korut tercapai.
"Model itu, jika Anda melihat Khadafi, itu adalah pemusnahan total. Kami masuk ke sana untuk menghajarnya. Model itu akan diterpakan jika kita tidak mencapai kesepatan, besar kemungkinan. Namun, jika kita mencapai kesepakatan, saya pikir Kim Jong-un akan sangat, sangat gembira," papar Trump.
Mengapa pertemuan di Singapura begitu bermakna?
Trump menerima undangan Korut untuk menggelar pertemuan langsung setelah lebih dari setahun Washington dan Pyongyang terlibat adu mulut, yang menimbulkan kekhawatiran global hal ini akan berubah menjadi konfrontasi militer.
Korea Utara juga menggelar sejumlah uji nuklir dan tes rudal jarak jauh yang diklaim bisa mengangkut bom nuklir ke daratan AS.
Jika pertemuan terjadi, acara tersebut akan masuk catatan sejarah mengingat tidak ada presiden AS yang pernah bertemu langsung dengan pemimpin Korut.
Surat kabar The New York Times melaporkan pada Minggu (20/05) bahwa Trump menanyakan para asisten dan penasehatnya apakah dia sebaiknya meneruskan rencana pertemuan dengan Kim. Hak atas fotoEPAImage captionKorut menyatakan akan mulai membongkar tempat tes nuklir dalam upacara yang akan dihadiri sejumlah wartawan asing.
Tapi, apakah pertemuan masih dimungkinkan?
Banyak pengamat menyakini kedua figur itu punya banyak banyak hal yang dipertaruhkan jika pertemuan tidak jadi berlangsung.
Akan tetapi, pengertian Korut mengenai "denuklirisasi" tampaknya berbeda dengan pemaknaan AS yang menuntut perlucutan nuklir secara "komprehensif, dapat diverifikasi, dan tidak dapat diganggu gugat".
Korut menyatakan akan mulai membongkar tempat tes nuklir pekan ini dalam upacara yang akan dihadiri sejumlah wartawan asing.(BBC/bh/sya)
PT. Zafa Mediatama Indonesia Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359 info@beritahukum.com