JAKARTA, Berita HUKUM - Lola Amaria. Memasuki usia matangnya sebagai perempuan berprofesi Sutradara juga pelaku seni ini semakin bersinar. Lola yang lahir di Jakarta, 30 Juli 1977 silam ini kembali mencuri perhatian publik.
Pasalnya film terakhirnya berjudul : Negeri Tanpa Telinga, banyak diapresiasi sebagi film yang wajib ditonton. Khususnya sebagai pembelajaran akan kedinamisan partai-partai yang kerap terjebak dalam lingakaran kepentingan sesaat.
“Film ini saya riset selama 5 tahun. Banyak hal yang saya rangkum dari hal yang saya lihat dan terjadi pada dunia nyata, khususnya dinamika kehidupan anggota partai. Telinga penting bagi cara berpikir dan kebeningan nurani. Tetapi ia menjadi indra yang menyakitkan ketika mendengar sebuah kebenaran yang berhadapan dengan nati nurani, “ tutur Lola menceritakan ihwal maksud film ini ia buat, Rabu (8/10) saat bincang acara Mata Jawa di Metro TV.
Jauh sebelum film terkahirnya itu dibuat, debut layar lebar Lola Amaria dimulai dengan film berjudul "Tabir" (2000), kemudian menyusul film berlatar zaman penjajahan Jepang, "Dokuritsu" (2000), "Beth" (2001) dan "Ca Bau Kan" (2002) yang dibintanginya bersama Ferry Salim.
Gadis berdarah Palembang-Sunda yang senang mencoba hal baru ini juga mencicipi menjadi produser untuk film "Novel Tanpa Huruf R" (2004) yang sekaligus dibintanginya dan menyutradarai film "Betina" yang berhasil meraih penghargaan 'Netpac Award' dalam Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) 2006.(bhc/mnd/ist)
|